Hidayatullah.com—Menantu Usama bin Ladin, Sulaiman Abu Ghaith, secara tidak terduga memberikan kesaksian di sidang pengadilannya sendiri dengan tuduhan terorisme dan dia membantah terlibat dalam rencana Al-Qaida untuk menyerang Amerika Serikat.
Jaksa federal di pengadilan di New York menudingnya menjadi jurubicara dan perekrut untuk Al-Qaida dan mengetahui tentang rencana-rencana serangan terhadap rakyat Amerika. Tuduhan itu dibantah oleh Abu Ghaith, Rabu (19/3/2014).
Dilansir Aljazeera (20/3/2014), keputusan Abu Ghaith untuk bersaksi di persidangan dilakukan sehari setelah hakim distrik Lewis Kaplan memutuskan bahwa dewan juri tidak akan mendengarkan kesaksian dari Khalid Sheikh Muhammad, yang dituduh menjadi otak serangan 9/11.
Muhammad diharapkan menjadi saksi meringankan bagi Abu Ghaith. Dia sekarang dikurung di penjara Guantanamo.
Abu Ghaith pada hari Rabu mengatakan bahwa dia bertemu dengan Muhammad saat di Afghanistan, tetapi mereka tidak membicarakan soal rencana serangan.
Menjawab pertanyaan dari pengacaranya Stanley Cohen, Abu Ghaith menjelaskan pertemuannya dengan Usama bin Ladin di Afghanistan hanya beberapa jam setelah pesawat bajakan ditabrakkan ke gedung WTC pada 11 September 2001.
Setelah berkendara beberapa jam melalui wilayah pegunungan, Abu Ghaith mengatakan dirinya bertemu dengan Bin Ladin dan beberapa orang letnannya, termasuk Ayman Al-Zawahiri, orang Mesir yang sekarang dianggap sebagai pemimpin Al-Qaida menggantikan Bin Ladin, di dalam sebuah gua.
Abu Ghaith menjelaskan bahwa Bin Ladin menanyakan kepadanya apakah dia mendengar tentang serangan tersebut, yang dijawabnya bahwa dia pertama kali mendengarnya dari laporan berita di media.
“Kita adalah pelakunya,” kata Bin Ladin menurut Abu Ghaith. “Menurutmu apa yang terjadi?”
Abu Ghaith yang berbicara melalui seorang penterjemah, mengatakan dia memperkirakan bahwa Amerika Serikat tidak akan berhenti hingga mencapai dua hal, yaitu membunuh Bin Ladin dan menggulingkan pemerintahan Taliban di Afghanistan.
“Dia (Bin Ladin) bilang, ‘Kamu terlalu pesimistis’,” kata Abu Ghaith kepada juri.
Abu Ghaith mengaku membuat sejumlah video atas permintaan Bin Ladin, termasuk satu di mana dia memperingatkan akan datangnya serangan pesawat. Namun, Abu Ghaith membantah mengetahui rencana-rencana lainnya, seperti bom sepatu oleh Richard Reid yang rencananya diledakkan di atas pesawat tahun 2002.
Abu Ghaith mengaku hanya bertindak sebagai seorang imam (pembimbing agama, red) dan bertindak sebagai jurubicara atas permintaan Bin Ladin untuk menyampaikan “pesan kepada dunia.”
Pernyataan-pernyataan yang dibuatnya berdasarkan poin-poin arahan yang diberikan Bin Ladin.
Menantu Bin Ladin kelahiran Kuwait itu juga mengklaim bahwa sebagian video yag dibuatnya merupakan upaya untuk melawan propaganda anti-Islam yang dilancarkan Amerika Serikat.
“Tujuan saya bukan untuk merekrut siapapun,” kata Abu Ghaith. “Tujuan saya adalah mengirimkan pesan, pesan yang saya yakini bahwa penindasan apabila menimpa negara manapun, rakyat manapun, kelompok orang apapun, maka harus dilawan.”
“Apa yang terjadi adalah murni akibat penindasan yang dialami Muslim.”
Abu Ghaith juga mengaku bahwa dirinya tidak pernah menjadi anggota Al-Qaida.*