Hidayatullah.com–Putra Mahkota Arab Saudi mengatakan hari Selasa (25/3/2014), masyarakat internasional telah “mengkhianati” pihak oposisi Suriah karena gagal mempersenjatai mereka menentang rezim Presiden Bashar al-Assad.
“Perlawanan Suriah yang sah telah dikhianati oleh masyarakat internasional, dengan meninggalkannya sehingga dengan mudah dimangsa pasukan tiran,” kata Putra Mahkota Salman bin Abdulaziz pada KTT Arab di Kuwait City.
Dia mengacu pada janji-janji beberapa negara untuk mempersenjatai pejuang untuk menggulingkan pemerintah Assad, yang didukung Rusia dan Iran.
Arab Saudi adalah salah satu pendukung utama kelompok oposisi terhadap Assad, yang meletus tiga tahun yang lalu dan telah menjadi perang sipil penuh, setelah loyalis melancarkan tindakan keras terhadap pihak oposisi yang menghendaki reformasi demokratis.
“Suriah telah menjadi arena (pertempuran) terbuka dengan melakukan pembunuhan dan perusakan yang dilakukan oleh rezim bengis, didukung partisipasi asing dan teroris bersenjata yang datang dari mana-mana,” kata putra mahkota, dilansir The Express Tribune, Selasa (25/3/2014).
Dia menyerukan Liga Arab, yang memiliki 222 anggota, mempercepat penyerahan kursi Suriah kepada pihak oposisi Koalisi Nasional, guna memberikan status formal yang bisa memperkuat pengakuan oleh negara-negara dunia.
“Ini harus diselesaikan… untuk mengirim pesan yang kuat kepada masyarakat internasional sehingga akan mengubah sikapnya terhadap Suriah,” kata Putra Mahkota tentang kursi Suriah.
Kursi Suriah yang dikosongkan setelah Liga Arab menangguhkan keanggotaan Suriah akibat terjadinya konflik, dijanjikan ditempati kelompok kepada oposisi saat KTT terakhir di Doha.
Tetapi Ketua Liga Arab Nabil al-Arabi mengatakan, oposisi harus memenuhi persyaratan hukum tertentu sebelum mengambil alih kursi.
Akibatnya pimpinan Koalisi Nasional Ahmed Jarba hanya bisa berpidato pada KTT di Kuwait City Senin, tapi tidak diizinkan berbicara dari kursi yang disediakan untuk Suriah.
Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad al-Thani, dalam pidatonya di pertemuan itu, menuduh pemerintah Suriah berbaring “berpura-pura menerima solusi politik ” tapi sebenarnya “membeli waktu”.
Dilengkapi Persenjataan ‘canggih’
KTT ini dimulai dengan seruan dari oposisi Suriah untuk diperlengkapi persenjataan “canggih”, sementara Arab Saudi menekankan perlunya perubahan dalam keseimbangan militer untuk “mengakhiri kebuntuan”.
Utusan perdamaian dari PBB Lakhdar Brahimi, bersikeras dilakukan “solusi politik” atas konflik tersebut, dan mendesak “diakhirinya pasokan senjata bagi semua pihak”.
Namun pimpinan Koalisi Nasional Suriah, Ahmed Jarba, mengulangi seruan pada masyarakat internasional untuk memasok oposisi dengan “senjata canggih”.
Saudi Putra Mahkota Sheikh Salman bin Abdulaziz mendesak dukungan terhadap para oposisi dan bersikeras dilakukan solusi politik dengan cara memberi keseimbangan kekuatan guna mengakhiri kebuntuan, sebab pasukan rezim telah ini membuat ‘kemajuan signifikan’.
Konflik di Suriah pada pertengahan Maret ini memasuki tahun keempat, telah menewaskan lebih dari 140.000 orang dan menelantarkan jutaan orang.
Jarba mengatakan, keputusan KTT tidak menyerahkan kursi Suriah di Liga Arab kepada pihak oposisi mengirimkan pesan yang salah kepada Assad untuk terus “membunuh”.
Namun Brahimi mendesak dilakukan pembicaraan damai. “Saya menyerukan kepada Eropa, PBB, dan Amerika Serikat untuk mengambil langkah-langkah yang jelas untuk mengaktifkan kembali perundingan Jenewa,” katanya, yang putaran terakhir terputus pada tanggal 15 Februari tanpa menetapkan tanggal untuk negosiasi lebih lanjut.
“Tidak ada solusi militer,” tegas Brahimi.
Dia mengatakan pada hari Senin, putaran lebih lanjut dari perundingan Suriah belum “keluar dari pembicaraan pada saat ini “.*