Hidayatullah.com–Sebuah masjid ini dinodai dan di rusak di Kota Bangui, Ibu Kota Republik Afrika Tengah (CAR), dalam waktu singkat setelah skitar 1300 warga Muslim meninggalkan wilayah itu untuk direlokasi menuju Sido dan Kabo, bagian barat laut Kota Ouham, wilayah yang mendapat perlindungan pasukan perdamaian.
Ini adalah drama final pertukaran antara 1.300 Muslim yang sedang berlindung di sisi utara Republik Afrika Tengah Ibu Kota Bangui dari warga Kristen yang kini tengah berbalik melawan mereka.
Sesaat mereka diungsikan, massa berada di jalan-jalan, mengambil apa yang mereka dapat dan memastikan kaum Muslim tidak pernah kembali lagi.
“Allahu Akbar!” Teriak Raphaela Nado seolah mengejek, saat ia berjalan melewati lingkungan masjid, di mana pintu dan jendelanya telah hancur oleh para penjarah.
Sebagaian mereka memegang pisau dibalut pakaian warna-warni. Dua orang sibuk mengangkut mimbar, jenis mimbar yang digunakan oleh seorang imam (yang biasa digunakan khutbah).
Beberapa saat setelah konvoi itu berangkat hari Ahad (27/04/2014), massa Kristen berdatangan dan membongkar rumah-rumah dan sebuah masjid di daerah PK12 Bangui, yang sebelumnya telah menjadi basis Muslim di bagian selatan yang mayoritas Kristen itu.
Bahkan, penjaga perdamaian bersenjata dari Kongo hanya berdiri memperhatikannya, tetapi tidak berusaha menghentikan penjarahan, demikian dikutip Voice of America (VoA).
Evakuasi dari PK12 Bangui minggu lalu oleh lembaga bantuan, adalah simboli dari apa yang kini sedang terjadi di Republik Afrika Tengah (CAR) di mana, sejak bulan Januari, umat Muslim menjadi target milisi Kristen.
Kota Bangui seolah menjadi arena “pembersihan etinis Muslim”, di mana ribuan orang terpaksa meninggalkan rumah mereka untuk mencari tempat-tempat lebih aman menuju ke tetangga tetangga seperti Chad atau Kamerun.
“Kami memiliki seluruh generasi laki-laki muda Muslim yang telah kehilangan segalanya dan sangat marah,” kata Peter Bouckaert dari Human Rights Watch (HRW). ” Ini tak akan menjadi putaran terakhir pertempuran,” ujarnya dikutip The Christian Science Monitor.

Seperti diketahui, pasukan penjaga perdamaian bersenjata berat telah mengawal kelompok terakhir kaum Muslim keluar dari Ibu Kota Republik Afrika Tengah, Bangui, menggunakan truk yang selama beberapa bulan ini telah terperangkap oleh massa Kristen dan milisi Anti Balaka yang dikenal beringas.
Relokasi warga Muslim Menggunakan beberapa truk diiringi konvoi kendaraan pasukan penjaga perdamaian Prancis, Badan Pengungsi PBB (UNHCR) dan Organisasi Internasional untuk Migrasi.
Wakil kepala UNHCR di CAR, Tammi Sharpe mengatakan bahwa evakuasi itu adalah upaya penyelamatan nyawa mengingat pengungsi Muslim menjadi target serangan secara konstan di Bangui utara PK 12. Sebelumnya, konvoi sempat dilempari batu dan dilempar granat.
Masjid dan rumah hancur
Berdasarkan catatan, sebelum bulan April 2014, dari 36 masjid yang berdiri di Kota Bangui setidaknya hanya tersisa 10 masjid. Para penyerang menjarah rumah beserta isinya, merusak masjid dan mengambil isinya.
“Sekarang jumlahnya kurang dari sepuluh,” ujar Imam Oumar Kobine Layama, seorang pemimpin komunitas Muslim di CAR, kepada Anadolu Agency pada bulan Februari lalu.
“Mereka menjarah seng masjid, kusen dan jendela,” Sherif Wadi, seorang saksi mata Muslim menggambarkan serangan sebagaimana laporan Amnesty Internasional.

Menurut Imam Layama, setidaknya 67 masjid telah dihancurkan di seluruh negara yang dilanda perselisihan ini.
Laporan PBB mengungkapkan, milisi Kristen anti-Balaka sweeping dari pintu ke pintu, menggerebek setiap rumah Muslim, membunuh anak-anak dan perempuan, menjarah dan merusak properti. Entahlah, hingga berita ini ditulis apakah masih tersisa tempat ibadah umat Islam di wilayah itu.*