Hidayatullah.com—Kemarahan terpancar dari wajah orang-orang di tiga kamp pengungsi di utara Prancis, ketika polisi huru-hara membubarkan tempat tinggal sementara pengungsi yang berharap menyeberang ke Inggris.
Lebih dari 500 orang, kebanyakan dari Suriah dan Afghanistan, tinggal dalam kondisi mengenaskan di kamp pengungsi di Calais, di mana wabah bisul sedang menjangkiti tempat itu.
Sebagian pengungsi telah meninggalkan tempat tersebut saat polisi tiba Rabu pagi (28/5/204), sebagian lainnya bersama para pendukung mereka diborgol polisi.
Pihak berwenang yang memerintahkan pengosongan tempat itu mengatakan mereka sudah menawarkan perawatan dan tempat tinggal darurat. Namun para pekerja kemanusiaan menentang evakuasi itu dengan alasan pengungsi-pengungsi itu akhirnya nanti akan menjadi gelandangan.
“Mereka akan menggelandang keliling kota, kesehatan mereka akan memburuk dan keadaannya bisa jadi akan lebih parah dari sekarang,” kata Cecile Bossy, koordinator lembaga swadaya masyarakat Doctors of the World.
“Oleh karena itu kami mengecam kebijakan represif dan pengusiran karena sia-sia. Itu berarti membuat kehidupan orang semakin sulit dan membahayakan kesehatan mereka,” imbuhnya dikutip Euronews.
Sebagian pihak menilai kebijakan represif itu untuk menyenangkan kelompok kanan-jauh di Prancis, yang mana partai anti-imigran Front Nasional memenangi pemilihan umum parlemen Uni Eropa akhir pekan kemarin.
Pihak berwenang Prancis takut kamp pengungsi itu akan menjadi “hutan” baru, sebuah istilah untuk menyebut kamp pengungsi yang bermunculan setelah Prancis menutup tempat yang dikelola Palang Merah di dekat Sangatte tahun 2002, di bawah tekanan Inggris.*