Hidayatullah.com–Presiden Mesir Muhammad Mursy mengatakan negaranya sangat membutuhkan kontribusi untuk membangun masa depan yang cerah dan tidak akan pernah kembali ke masa lalu yang kelam.
Dalam pidatonya di Universitas Kairo, Mursy berjanji untuk melindungi hak-hak semua warga negara Mesir dan untuk mencapai keadilan sosial.
“Rakyat Mesir memilih saya untuk bergerak menuju negara modern,” ujarnya dikutip IRNA.
“Mesir tidak akan membiarkan negara manapun mencampuri urusannya,” tegas Mursy Senin (07/02/2012).
Tolak Telpon
Sebelumnya, sejumlah laporan media menyebutkan, hari Ahad, Mursy menolak menjawab telepon dari PM Israel Benjamen Netanyahu yang sedianya akan menyampaikan ucapan selamat kemenangannya dalam Pilpres.
Sejumlah media massa Israel menyebutkan, Mursy menolak tekanan-tekanan yang dilakukan kepadanya untuk menjawab dan menyambut pembicaraan telepon singkat Netanyahu yang akan menyampaikan ucapan selamat atas kemenangan itu. Akhirnya, Netanyahu terpaksa menyampaikan melalui kartu ucapan.
Sebuah sumber Israel menyebutkan, Netanyahu meminta agar Gedung Putih Amerika melakukan intervensi dalam masalah ini. Ia bahkan meminta kepada Obama secara pribadi untuk menekan Mursy menyambut pembicaraan telepon dan menjamin berlanjutnya koordinasi keamanan politik dan menghormati kesepakatan-kesepakatan yang diteken antara Israel dan Mesir, terutama Cam David.
Sementara jubir Al Ikhwan al Muslimun di Mesir menegaskan kepada Quds Press, pihaknya tidak akan mengakui Israel dan kami tetap akan mendukung perlawanan yang mampu menekan Israel.
Seperti diketahui, Mesir merupakan negara Arab yang paling penting bagi Israel. Mesir adalah salah salah satu negara besar di Arab dan berbatasan langsung dengan Israel. Lebih-lebih, Mesir sebagai penjaga pintu bagi jalan satu-satunya menuju Jalur Gaza, wilayah Palestina yang saat ini dikuasai oleh kelompok pejuang Hamas, kelompok perlawanan paling ditakuti Zionis-Israel.
Sebelum ini, Mesir dikenal sebagai teman setia Israel. Negara Yahudi itu bisa hidup tenang berkat mendian presiden Anwar Sadat, yang dikenal sebagai pemimpin Arab pertama yang menyodorkam tangan perdamaian dengan Zionis-Israel. Hububungan itu berlangsung hingga Husni Mubarak sebelum akhirnya tumbang oleh revolusi. Kini, kondisi telah berubah, di mana warga Yahudi sedang menunggu kiprah Mursy dengan perasaan cemas.*