Hidayatullah.com—Amerika serikat hari Selasa (3/6/2014) menutup pangkalan udaranya di Kyrgyzstan yang menjadi tempat transit penting bagi pasukannya di Afghanistan.
Washington terpaksa menutup Manas Transit Center di utara Bishkek setelah Kyrgyzstan, bekas negara bagian Uni Soviet yang sekarang merapat ke Rusia, menolak perpanjangan sewa tempat itu tahun lalu.
Secara simbolis pejabat Amerika menyerahkan kunci kayu kepada pejabat Kyrgyzstan dalam upacara serah terima pangkalan yang terletak tidak jauh dari ibukota Bishkek itu.
Duta Besar AS untuk Kyrgyzstan Pamela Spratlen mengatakan, semua personel militer akan meninggalkan pangkalan itu dalam waktu satu pekan, lansir AFP.
Sejak didirikan tahun 2001 menyusul serangan 9/11, pangkalan tersebut telah menjadi tempat transit bagi 5,5 juta tentara koalisi kata komandan John Millard.
Kyrgyzstan menjadikan pangkalan udara Manar sebagai kekuatan tawar untuk menarik bantuan finansial dari Amerika Serikat dan Rusia.
Amerika Serikat menyewa pangkalan yang terletak di bandar udara sipil utama Kyrgyzstan itu US$60 juta pertahun, meskipun warga setempat menentang kehadiran pasukan asing di wilayah mereka.
Rusia sendiri butuh pangkalan itu untuk melestarikan pengaruhnya di Asia Tengah.
“Kami tidak punya pilihan,” kata analis politik Chingiz Shamshiyev. “Rusia adalah rekan kami yang kami warisi karena sejarah.”
Meskipun sudah menyatakan menutup pangkalannya, analis politik yang lain, Mark Sariyev, menilai bukan berarti Amerika pergi untuk selamanya.
“Bisa saja pangkalan AS didirikan di selatan negara ini, Kyrgyzstan bisa menawarkan Amerika pilihan itu,” ujarnya.
Panglima angkatan bersenjata Kyrgyzstan Asanbek Alymkozhoyes mengatakan kepada para wartawan bahwa bekas pangkalan AS itu akan ditempati oleh Garda Nasional.
Pemerintah Bishkek sedang mencari investor yang bersedia mengubah bandara menjadi sarana transportasi dan transit logistik modern. Rusia dan China sudah menyatakan ketertarikan mereka untuk menggarap bandara tersebut.
Perusahaan minyak milik negara Rusia Rosneft pada bulan Februari lalu telah menandatangani kesepakatan pendahuluan yang memungkinkan pihaknya membeli 51 persen saham Bandara Manas. Rosneft mengatakan menyiapkan dana US$1 milyar.*