Hidayatullah.com–Kelompok bersenjata Mesir paling aktif, Anshar Baitul Maqdis, hari Kamis (28/8/2014) mengatakan bahwa mereka telah memenggal kepala 4 pria Mesir karena menjadi mata-mata untuk Zionis.
Pada 20 Agustus, empat mayat laki-laki yang terpenggal kepalanya ditemukan penduduk di kota Syeikh Zuwaid di Sinai Utara. Aparat keamanan Mesir mengatakan bahwa para korban diculik dua hari sebelumnya, yang kemungkinan menjadi target karena dianggap bekerjasama dengan tentara dan polisi.
Anshar Baitul Maqdis mengklaim keempat orang itu memberikan informasi intelijen kepada Israel yang digunakan untuk melancarkan serangan udara tanggal 23 Juli yang menewaskan 3 anggotanya di Sinai Utara. Kelompok tersebut bersumpah akan mengerahkan pasukan keamanannya guna melacak para informan Zionis itu beserta pergerakannya.
Dalam rekaman yang diunggah ke Twitter, keempat pria itu mengaku menjadi mata-mata bagi dinas intelijen Israel, Mossad, sebelum akhirnya beberapa menit kemudian dipenggal kepalanya.
Sejumlah pria bersenjata bertopeng hitam tampak berdiri di belakang keempat pria itu yang berada dalam posisi bersimpuh dengan tangan terborgol di belakang. Di bagian akhir rekaman berurasi 29 menit tersebut, salah seorang anggota kelompok bersenjata itu membacakan sebuah pernyataan sebelum dia kemudian memenggal kepala keempat tawanan.
Sebelum ajalnya berakhir di tangan algojo Anshar Baitul Maqdis, para pria itu mengatakan bahwa intelijen Israel mencari informasi tentang pejuang-pejuang Muslim dan kelompok ekstrimis bersenjata di Sinai, berikut pergerakan tentara Mesir di wilayah yang termarjinalkan itu.
Salah seorang dari keempat laki-laki itu mengatakan dia berada di belakang peristiwa ledakan bom mobil akhir Juli lalu yang menewaskan pemipin Anshar Baitul Maqdis, Khalid Al-Menei. [Baca berita sebelumnya: Pemimpin Anshar Baitul Maqdis terbunuh, siapa pelakunya?]
Anshar Baitul Maqdis mendesak agar orang-orang yang bekerja untuk intelijen Zionis segera bertaubat.
“Tujuan kami bukan untuk memenggal kalian, melainkan untuk mencegah kalian membahayakan Muslim. Dan jika kalian menolak … demi Allah kalian akan dipenggal,” kata kelompok itu dikutip Ahram Online.
Tentara Mesir di Semenanjung Sinai, yang berbatasan langsung dengan Palestina dan wilayah pendudukan Israel, menghadapi kelompok-kelompok bersenjata yang aksinya semakin brutal setelah presiden Muhammad Mursy dilengserkan dari kursi kepresidenan pada 3 Juli 2013.
Anshar Baitul Maqdis dibentuk ketika Mesir mengalami revolusi tahun 2011 yang menggulingkan rezim Husni Mubarak. Kelompok itu mengaku bertanggungjawab atas sejumlah serangan mematikan, termasuk penembakan jatuh helikopter tentara tahun 2014 dan upaya pembunuhan yang gagal atas menteri dalam negeri Mesir di Kairo tahun 2013.
Bulan April lalu pemerintah Amerika Serikat dan Mesir meyatakannya sebagai kelompok teroris. Amerika menuding Anshar Baitul Maqdis merupakan aliansi dari kelompok Al-Qaida.*