Hidayatullah.com–Mesir mulai menggusur warga penduduk di sekitar perbatasan dengan Jalur Gaza pada hari Rabu (29/10/2014) untuk membuat zona penyangga, menyusul semakin memburuknya situasi keamanan negara sejak dilengserkannya Muhammad mursy dari kursi presiden.
Sehari setelah diperintahkan tentara untuk menyingkir, banyak warga di daerah itu mengemasi barang-barang milik mereka dan mulai meninggalkan daerah tersebut ketika pengumuman resmi penggusuran tersebut disampaikan.
“Jika ada penduduk yang menolak untuk meninggalkan tempat itu dengan cara membangkang, barang-barang mereka … akan disita secara paksa,” demikian bunyi pengumuman tersebut yang ditandatangani oleh Perdana Menteri Ibrahim Mehlab.
Jenderal Abdul Fattah Harhour, gubernur wilayah Sinai yang semakin rawan seperti tak ada hukum yang berlaku, mengatakan bahwa penduduk yang tergusur akan mendapatkan kompensasi atas rumah mereka.
Mesir menyatakan keadaan darurat di daerah perbatasan setelah sedikitnya 33 aparat keamanan terbunuh dalam dua serangan hari Jumat lalu di Semenanjung Sinai, daerah terpencil tetapi strategis yang berbatasan langsung dengan Jalur Gaza, wilayah yang dikuasai Israel dan Terusan Suez.
Seorang guru yang mengajar di sebuah sekolah di perbatasan mengatakan pemerintah seharusnya memberikan peringatan lebih dini kepada penduduk dan memberikan kompensasi sebelum menyuruh mereka pergi.
“Apa yang terjadi sekarang akan mengurangi cinta rakyat kepada negaranya dan membuat mereka kehilangan kepercayaan terhadap pemerintah,” kata guru yang enggan disebutkan namanya itu dikutip Reuters.
Setiap keluarga yang digusur akan menerima 900 pound (sekitar 1,5 juta rupiah) untuk membayar sewa rumah selama tiga bulan di tempat lain, kata Harhour. Sementara kompensasi untuk properti yang digusur sedang dihitung.
Sumber keamanan mengatakan penduduk yang mendiami daerah 300 meter dari garis perbatasan akan digusur pada tahap pertama. Tahap selanjutnya akan menggusur penduduk yang berada 200 meter dari perbatasan.
Penduduk di perbatasan mengatakan sekitar 680 rumah akan dihancurkan. Pasukan keamanan sebelumnya telah menghancurkan sekitar 200 rumah yang di dalamnya ditemukan pintu terowongan menuju Gaza.
Penduduk Sinai, wilayah Mesir yang sudah lama diabaikan pemerintah pusat, mengatakan mereka mengandalkan terowongan-terowongan itu untuk kelangsungan hidupnya. Tetapi pihak aparat melihatnya sebagai ancaman terhadap keamanan negara.*