Hidayatullah.com—Media melaporkan, hari Jumat (19/12/2014) Kementerian Dalam Megeri Mesir dalam sebuah statemen resmi mengumumkan para anggota al Ikhwan al Muslimun ditangkap dengan dengan tuduhan serangan terhadap pasukan keamanan, pengadilan dan infrastruktur.
Juru Bicara Militer Mesir Hani Abdul Latif dikutip The Anadolu Agency (AA) mengumumkan bahwa penangkapan tersebut telah dilakukan 10 hari lalu.
Sejak mantan presiden Muhammad Mursy digulingkan dari jabatannya melalui kudeta militer pada Juli 2013, setidaknya 1.400 orang pendukungnya dan anggota gerakan al Ikhwan al Muslimun tewas, dan 15.000 orang ditangkap.
Mohammad Mursy dan para pemimpin Ikhwanul lainnya yang mendekam dalam penjara Mesir terancam hukuman mati.
Hubungan Intelijen
Sementara itu, para pemimpin AS dan Mesir pada Kamis (18/12/2014) sepakat untuk melanjutkan hubungan militer dan intelijen di antara kedua negara.
Dalam satu percakapan telepon, Presiden AS Barack Obama dan timpalannya dari Mesir Abdel Fattah As-Sisi “sepakat mengenai pentingnya untuk melanjutkan hubungan militer dan intelijen erat di antara negara mereka”, kata Gedung Putih di dalam satu pernyataan.
Obama, katanya, menegaskan komitmen AS bagi kemitraan strategis dengan Mesir, demikian laporan Xinhua. Obama juga menekankan pentingnya kerja sama bilateral guna mendorong “kepentingan bersama” dalam bidang kontra-terorisme dan keamanan regional.
Pemimpin Amerika itu juga menyampaikan keprihatinan mengenai masalah hak asasi manusia di Mesir, termasuk pengadilan massal, dan mendorong As-Sisi agar “menampung aspirasi politik, ekonomi dan sosial rakyat Mesir”, kata Gedung Putih.
Pada tahun fiskal 2015, rancangan pengeluaran yang disahkan Kongres pada Sabtu (13/12/2014), Pemerintah Obama telah mengalokasikan 1,4 miliar dolar AS untuk Mesir, dalam bentuk bantuan militer.*