Hidayatullah.com–Bekas mata-mata Rusia Alexander Litvinenko diyakini berhasil selamat dari dua upaya pembunuhan, sebelum akhirnya tewas diracun di London.
Laporan investigasi BBC meneliti jejak radioaktif yang menunjukkan bahwa mantan agen intelijen Rusia itu tewas dalam upaya pembunuhan ketiga kalinya, lansir Euronews (27/1/2015).
Sementara itu koran Inggris Daily Telegraph mengatakan bahwa intelijen Amerika Serikat memiliki bukti Rusia terlibat dalam kematiannya dan Litvinenko itu kala itu sedang menyellidki keterkaitan antara Vladimir Putin dengan para bos kriminal.
Sebuah penyelidikan sebelumnya mengungkapkan bahwa Litvinenko bekerja untuk intelijen Inggris MI6.
Sekarang penyelidikan publik atas kasus kematian Litvinenko di tahun 2006 telah dibuka, yang mana hal itu diperintahkan tahun lalu oleh pemerintah Inggris yang sebelumnya menolak ide tersebut.
Diketuai oleh Sir Robert Owen, tim penyelidik akan mencaritahu peran Rusia dalam kematian Litvinenko.
Pria berusia 43 tahun itu jatuh sakit setelah bertemu dengan dua agen Rusia, Andrei Lugovoy dan Dmitry Kovtun di Hotel Millenium di pusat kota London. Dia meninggal tiga pekan kemudian.
Polisi Inggris mengatakan Litvinenko meminum radioaktif polonium dari secangkir teh.
Kejaksaan Inggris kemudian mengatakan bahwa terdapat cukup bukti untuk menuntut dua mantan agen KGB yang ditemui Litvinenko dengan pembunuhan.
Sementara Litvinenko sendiri menyalahkan Rusia, ada teori lain tentang siapa pembunuhnya. Ada yang berpendapat pembunuhnya adalah pemerintah Inggris, atau temannya bekas pembesar Rusia Boris Berezovsky. Ada pula yang menduga Litvinenko tidak sengaja membunuh dirinya ketika menyelundupkan barang berbahaya itu, atau bahkan dia sengaja bunuh diri.
Rusia selalu membantah tuduhan keterlibatannya.
Janda Litvinenko, Marina, terus mengupayakan penyelidikan publik atas kematian suaminya dan meminta seluruh bukti yang ada dibeberkan.*