Hidayatullah.com—Para aktivis di Suriah dan pihak oposisi menuduh rezim Presiden Bashar al-Assad telah menggunakan gas beracun klorin dalam serangan bom terhadap warga sipil di daerah Sarmin (16/03/2015) malam.
Penggunaan gas beracun di Kota Sarmin di Provinsi Idlib barat laut Suriah ini diduga serangan kimia pertama sejak Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyetujui rancangan resolusi dari Amerika Serikat (AS) bulan ini yang mengutuk penggunaan bahan kimia beracun seperti klorin di Suriah.
Sebelumnya, tahun 2013, Bashar Assad juga menyetujui kesepakatan yang ditengahi Amerika Serikat dan Rusia untuk menyerahkan persediaan senjata kimia yang berjumlah sekitar 1.300 ton.
Aljazeerah mendapatkan bocoran salinan laporan yang dibuat oleh pengawas penggunaan senjata kimia Organisation for the Prohibition of Chemical Weapons (OPCW) yang menunjukkan bukti-bukti tambahan mengenai penggunaan senjata kimia oleh rezim Suriah. [Baca: Laporan Terbaru OPCW Tegaskan Rezim Suriah Gunakan Senjata Kimia]
Duta Besar Amerika untuk PBB, Samantha Power mengatakan, sebuah laporan senjata kimia yang baru memberi “bukti yang lebih kuat” bahwa pemerintah Suriah menggunakan gas klorin terhadap warga sipil.
Akibat serangan bom beracun ini 70 orang dilarikan ke rumah sakit, termasuk di antaranya petugas medis telah menjadi korban keganasan serangan gas beracun rezim Assad. Dan yang termasuk menjadi sasaran dari gas beracun Assad di Sarmin, Idlib adalah wanita dan anak-anak.
Observatorium Hak Asasi Manusia Suriah yang berbasis di Inggris membenarkan kejadian tersebut. Sementara Koalisi Nasional Suriah juga mengatakan, pemerintah menjatuhkan empat bom barel (bom gentong) dua di antaranya terkandung gas klorin.
“Kecuali Dewan Keamanan (PBB) mengambil langkah-langkah untuk menjamin hukum agar akuntabilitas dapat dilaksanakan, kita akan membodohi diri kita untuk percaya bahwa Bashar Al-Assad akan berhenti menyerang orang-orang tak bersalah di Suriah, “ demikian ujar Juru Bicara Koalisi Salem Al-Meslet dalam sebuah pernyataan dikutip AFP.
Seorang pejabat medis oposisi di daerah Sarmin mengakui ada dua serangan, menargetkan kelompok oposisi dan pejuang yang pertama dan melukai 20 orang, kebanyakan laki-laki, sedangkan yang kedua terjadi di sebuah daerah perumahan. Dia mengatakan enam orang tewas semuanya berasal dari satu keluarga, termasuk tiga anak-anak.
Sementara itu, di laman Youtube muncul sebuah video amatir yang diakui korban gas klorin rezim Bashar Al Asaad dalam serangan tersebut. Dalam video yang dirilis Syrian Civil Defense, tiga bayi didampingi petugas medis tidak menunjukkan tanda-tanda kehidupan.
Asad kanjo, seorang aktivis yang berpusat di kota terdekat dari Saraqeb mengatakan setelah jatuhnya bom pertama, peringatan disiarkan melalui pengeras suara masjid-masjid setempat yang mendesak warga Sarmin menuju ke atap rumah mereka untuk menghindari menghirup gas beracun.
“Ada beberapa jenis dari kekacauan, “ ujar Kanjo mengatakan melalui Skype. Dia menambahkan bahwa warga biasanya menghindari atap karena takut serangan pesawat yang ditargetkan oleh pemerintah rezim Bashar.
Di New York, Duta Besar Amerika untuk PBB mengatakan AS sedang mencari laporan terkait serangan ini.
“Kami telah melihat video itu,” ujar Samantha Power kepada wartawan. “Mereka mengerikan, yang menghancurkan anak-anak ini, itu hanya paling memilukan yang bisa Anda lihat melalui video,” dikutip AP.
Perang di Suriah telah menewaskan lebih dari 214.000 korban warga sipil (catatan tidak resmi jauh lebih banyak), sementara harapan hidup untuk Suriah menurun drastis selama empat tahun terakhir, dari 79,5 tahun pada 2010-55,7 tahun pada akhir 2014.
Diakui serangan hari Senin dengan gas klorin menjadi salah satu penggunaan paling serius dari gas beracun di Suriah sejak serangan kimia mematikan di luar Damaskus pada bulan Agustus 2013.
Resolusi terbaru Dewan Keamanan PBB mengutuk penggunaan bahan kimia beracun seperti klorin di Suriah. Hal ini juga mengancam tindakan terhadap pelanggaran lebih lanjut di bawah resolusi 2013 Dewan Keamanan PBB.*