Hidayatullah.com—Prancis mengalami enam kali lipat kenaikan serangan anti-Islam pada kuartal pertama tahun ini, yang dipicu oleh serangan atas kantor tabloid satir Charlie Hebdo. Demikian menurut hasil pemantauan Observatory against Islamophobia yang dilansir AFP hari Kamis (16/4/2015).
Menggunakan data dari Kementerian Dalam Negeri, lembaga itu menghitung ada 222 serangan bernuansa anti-Islam (islamophobia) pada kuartal pertama tahun ini saja. Bandingkan dengan 37 kasus serupa pada periode yang sama di tahun 2014.
Kebanyakan dari serangan islamophobia itu (178), tercatat terjadi pada bulan Januari, setelah sejumlah orang bersenjata melancarkan serangan di sekitar Paris selama tiga hari sehingga 17 orang tewas, termasuk anggota kepolisian.
Presiden Observatory, Abdallah Zekri, mengatakan bahwa peningkatan serangan islamophobia seperti belakangan ini belum pernah terjadi sebelumnya sejak lembaga itu didirikan pada 2011.
Aksi bermotif anti-Islam itu berupa bermacam-macam tindak kekerasan terhadap laki-laki dan perempuan –yang sebagiannya bahkan sedang hamil, vandalisme dan penghancuran tempat-tempat ibadah atau usaha milik warga Muslim, serta coretan-coretan “Nazi” pada masjid-masjid.
“Ini untuk pertama kalinya kami mencatat ada granat yang dilemparkan dan senjata api yang ditembakkan ke arah masjid,” kata Zekri.
Dia mengatakan serangan atas kantor Charlie Hebdo, sebuah supermarket Yahudi dan penembakan atas seorang polisi wanita pada 7-9 Januari 2015 “sama sekali tidak bisa menjadi pembenaran atas memuncaknya kebencian serta serangan balas dendam terhadap Muslim Prancis yang tidak bertanggungjawab atau besalah atas tindakan-tindakan teroris tersebut.”
Prancis merupakan negara dengan jumlah penduduk Muslim terbanyak di Eropa.*