Hidayatullah.com—Hari Kamis (27/8/2015) keluarga dan kerabat lebih dari 200 pelajar putri Nigeria yang diculik oleh Boko Haram memperingati 500 hari kejadian yang memilukan itu.
Peringatan tersebut diselenggarakan di tengah krisis keamanan di timur laut Nigeria, di mana kelompok bersenjata telah membunuh lebih dari 1.000 orang sejak pelantikan Presiden Muhammadu Buhari bulan Mei lalu, lapor Aljazeera.
Pada 14 April 2014 Boko Haram menyerbu sebuah sekolah menengah negeri di sebuah kota kecil Chibok, di pelosok negara bagian Borno, dan menculik 276 anak perempuan yang sedang melakukan persiapan untuk ujian akhir tahun ajaran.
Lima puluh anak dikabarkan berhasil menyelamatkan diri, sedangkan 219 lainnya tidak terdengar kabarnya sejak Mei tahun lalu, ketika 100 anak di antara mereka ditampakkan dalam video Boko Haram.
Sejak itu pemimpin Boko Haram Abubakar Shekau mengatakan bahwa anak-anak perempuan itu semuanya telah masuk Islam dan telah “dinikahkan”.
Para orangtua dari gadis-gadis remaja yang diculik itu tidak puas dengan pemerintah yang dianggap lamban dalam menangani masalah tersebut.
“Respon pemerintah sangat lamban. Jika saja anak-anak gadis itu putri kandung mereka, menurut saya mereka pasti sudah ditemukan. Masalahnya mereka tidak peduli dengan kami orang miskin,” kata Esther Yakubu, ibu dari salah satu gadis remaja yang diculik.
Presiden Muhammadu Buhari, bekas penguasa militer di Nigeria yang menggantikan presiden Goodluck Jonathan, berjanji tidak akan berhenti mencari anak-anak tersebut.
Jurubicara kepresidenan Shehu Garba mengatakan bahwa pengumpulan informasi intelijen sudah digalakkan guna menemukan lokasi keberadaan anak-anak yang diculik Boko Haram.
Penculikan anak-anak (perempuan) oleh Boko Haram merupakan yang terbanyak di dunia yang pernah dilakukan oleh kelompok bersenjata. Tak pelak aksi itu mendapatkan kecaman dari seluruh dunia dari berbagai kalangan dan lapisan masyarakat, termasuk istri presiden AS, Michelle Obama.
Pasukan gabungan berkekuatan sekitar 8.700 dari Nigeria, Niger, Chad, Kamerun dan Benin diharapkan akan diterjunkan dalam waktu dekat guna menghadapi Boko Haram.
Mengutip keterangan seorang pejabat senior militer, Amnesty Iinternational dalam laporannya yang dirilis bulan April lalu menyebut bahwa anak-anak perempuan yang diculik itu ditempatkan di sejumlah markas Boko Haram, termasuk di Kamerun dan kemungkinan Chad.*