Hidayatullah.com–Dalam wawancaranya dengan The Economist (4/1/2016) , putera mahkota Saudi Amir Muhammad bin Salman menyatakan bahwa pihaknya tidak pernah berfikir bahwa peperangan langsung antara Saudi dengan Iran akan terjadi.
“Siapa yang mendorong menuju hal itu (peperangan) maka ia tidak memiliki kemampuan akal yang sempurna.” Kata Amir Muhammad bin Salman dalam wawancara selama lima jam tersebut.
Menurut Amir Muhammad bin Salman, peperangan antara Saudi dengan Iran adalah sebuah krisis besar di wilayah Timur Tengah dan berpengaruh terhadap wilayah lainnya.
“Dengan ketegasan, kami tidak mengizinkan akan hal itu (peperangan) terjadi.” Jelas Amir Muhammad bin Salman.
Pernyataan itu sendiri merespon pertanyaan mengenai kemungkinan adanya konfrontasi peperangan antara Saudi dengan Iran.
Ketika ditanya apakah pihak Saudi menjadikan Iran sebagai musuh utama? Muhammad bin Salman yang saat ini juga menjabat sebagai menteri pertahanan menyatakan,”Kami tidak mengharapkan hal itu.”
Muhammad bin Salman juga menyampaikan bahwa langkah-langkah yang telah ditempuh oleh Saudi yang berhubungan dengan hubungan diplomasi dengan Iran, tidak akan menambah ketegangan, dan pihaknya selalu berupaya untuk meredakannya.
Menurut Muhammad bin Salman, apa yang ditempuh pihak Saudi untuk memutus hubungan politik dengan Iran hanyalah respon terhadap langkah-langkah yang bersifat menyerang pihak Saudi.
Sebagaimana dilansir sebelumnya bahwa setelah pemerintah Saudi menghukum mati 4 penganut Syi’ah, diantaranya adalah Nimr Al Nimr yang merupakan tokoh Syiah, kedutaan dan konsulat Saudi di Iran diserang oleh demonstran hingga sebagian gedungnya terbakar. Merespon akan hal itu, pihak Saudi pun mengambil tindakan dengan memutus hubungan diplomasi dengan Iran yang disusul oleh beberapa negara lainnya, seperti Sudan dan Bahrain.*