Hidayatullah.com–Pencabutan sanksi atas Iran sebagai akibat urusan nuklirnya dengan kekuatan dunia akan menjadi perkembangan berbahaya jika Iran menggunakan uangnya untuk mendanai “aksi kejahatan,” demikian kata Menteri Luar Negeri Arab Saudi Adel Al-Jubeir di Riyadh kepada Reuters seperti dikutip saudigazette.com pada Selasa, (19/01/2016).
Karina Caffinch
“Itu tergantung ke mana perginya dana tersebut. Jika ia digunakan untuk mendukung aksi kekejaman rezim Iran, ini akan menjadi hal yang negatif dan ini akan mengakibatkan kemunduran,” kata Jubeir.
Jubeir megatakan bahwa ia tak percaya jika Washington telah mundur dari daerah itu, namun menekankan bahwa dunia melihat kepada Amerika sebagai satu-satunya negara adidaya untuk menawarkan stabilitas.
“Jika penolakan Amerika terjadi, atau penarikan pasukan Amerika terjadi, kekhawatiran yang dimiliki semua orang bahwa hal itu akan meninggalkan kekosongan atau vakum, (maka) kekuatan jahat akan membanjir,” kata Jubeir.
Jubeir mengatakan, dukungan Iran terhadap milisi Syiah di seluruh wilayah adalah sumber utama sektarianisme.
Menlu Saudi tersebut telah meyiapka 58 poin tentang “lembaran fakta yang menggambarkan kebijakan agresif Iran” dan menyangkal “kebohongan terus-menerus” dari Tehran, termasuk sebuah artikel oleh Menlu Iran Javad Zarif fi koran The New York Times pekan lalu.
Seorang pejabat senior Kementrian Luar Negeri mengatakan pada Selasa bahwa Iran telah menyebarkan “hasutan, kerusuhan, dan kekacauan.”
“Sejak revolusi Iran pada 1979, Iran telah membuat catatan atas penyebaran fitnah, kerusuhan dan kekacauan di wilayah tersebut,” seperti dikutip oleh Saudi Press Agency dari pejabat senior kementrian luar negeri yang tidak disebut namanya.
“Selama periode yang sama, Kerajaan telah mempertahankan kebijakan untuk menahan diri meski sedang menderita – karena hubungan negara tetangga – beberapa konsekuensi dari kebijakan-kebijakan agresif Iran yang berkelanjutan.”
Pejabat tersebut mengatakan bahwa kebijakan Iran berdasarkan, utamanya pada ide mengekspor revolusi.
“Iran merekrut para milisi di Iraq, Libanon, Suriah, dan Yaman,” kata pejabat tersebut, seraya menambahkan bahwa Iran mendukung terorisme dan juga melakukan beberapa aksi pembunuhan.
Ketegangan Saudi dan Iran meningkat pasca eksekusi mati tokoh Syiah yang berdomisili di Saudi, Nimr Baqr Al-Nimr, awal Januari 2016.*