Hidayatullah.com—Seorang pria yang mengatakan menjadi korban keganasan seksual seorang pendeta, hari Ahad (7/2/2016) mengirimkan dua surat yang ditujukan kepada Paus Fransiskus dari warga Katolik Chile, berisi permintaan agar pemimpin Katolik Roma itu memecat seorang uskup Chile yang dituduh melindungi pelaku pedofilia.
Juan Carlos Cruz mengirimkan surat-surat tersebut bersama Peter Saunders, warga Inggris yang terkenal sangat vokal anggota komisi penasihat kepausan dalam masalah pelanggaran seksual oleh rohaniwan gereja. Saunders hari Sabtu (6/2/2016) menolak turun dari jabatannya meskipun ada mosi tidak percaya atas dirinya, dan mengatakan hanya paus yang bisa memecat dirinya, lapor Reuters.
Surat tersebut dititipkan kepada Kardinal Sean O’Malley asal Boston, presiden komisi, di sebuah penginapan di Roma di mana komisi sedang menggelar rapat. O’Malley diminta agar menyerahkan surat itu kepada paus, kata Saunders dan Cruz.
Surat itu menyangkut Juan Barros, yang tahun lalu diangkat menjadi uskup di Osorno. Pengangkatan Barros sebagai uskup menimbulkan kemarahan jemaat, anggota parlemen Chile dan para korban kejahatan seksual rohaniwan gereja. Menurut mereka, Barros melindungi seorang pendeta pedofil yang dianggap sebagai predator seks kelas berat di negara Chile bernama Romo Fernando Karadima.
Pendeta pedofil tersebut membantah pernah mencabuli Cruz dan Uskup Barros membantah mengetahui kejahatan seksual yang dilakukan anak buahnya tersebut.
“Bencana yang diakibatkan oleh keputusan yang Anda buat, Paus Fransiskus, yang membuat kami tidak lagi bisa tetap diam atau melupakannya,” bunyi salah satu surat yang ditandangani oleh sekitar 30 orang perwakilan jemaat gereja di Osorno. “Kami telah mengetuk setiap pintu … tetapi yang kami terima hanyalah celaan,” kata mereka.
Cruz, 51, mengirimkan salinan surat tersebut ke sebuah koran berbahasa Spanyol, disertai pernyataan dalam bahasa Inggris yang ditujukan kepada para wartawan. Surat lainnya merupakan surat pribadi kepada Paus Fansiskus dari rohaniwan gereja di Osorno, kata Cruz.
Para kritikus di Chile mengatakan Barros mengetahui dan membantu menutu-nutupi kejahatan seksual yang dilakukan oleh Romo Fernando Karadima, yang sekarang berusia 85 tahun.
Pada tahun 2011, Vatikan memberikan hukuman Karadima “berdoa, menyesal dan meminta ampun seumur hidup” karena mencabuli anak-anak sejak tahun 1950-an. Seorang hakim kemudian juga memutuskan bahwa tuduhan-tuduhan pedofilia atas Karadima valid, tetapi pendeta bejat itu tidak bisa diproses di pengadilan karena kasusnya telah kadaluarsa.
Cruz mengatakan dirinya dicabuli oleh Karadima ketika berusia 16 tahun. Karadima membantah tuduhan itu. Barros mengklaim dirinya sama sekali tidak pernah tahu ada kejahatan seksual semacam itu dilakukan oleh anak buahnya.
Dalam suratnya, jemaat Katolik Chile meminta Paus Fransiskus “mempertimbangkan akibat” yang ditimbulkan pengangkatan Barros sebagai uskup terhadap komunitas Katolik.
Tahun lalu, seorang juru bicara Vatikan mengatakan bahwa Tahta Suci telah mengkaji secara seksama dan tidak menemukan alasan-alasan obyektif untuk mencabut keputusan pengangkatan Barros sebagai uskup.
Tahun 2015, dalam satu kesempatan yang disiarkan oleh sebuah stasiun TV Chile, Paus Fransiskus mengatakan kepada sekelompok warga Chile bahwa tuduhan-tuduhan tersebut dikarang-karang oleh “kelompok kiri”.*