Hidayatullah.com—Dua pahlawan pengungsi asal Suriah berhasil menangkap pelaku pedofili saat mencoba memperkosa seorang bocah perempuan berusia 7 tahun di Kamp Pengungsian di Yunani.
Bashar Al-Ali (29), dan Dlar Sedo (24), mengatakan mereka berada di Kamp Idomei di Yunani ketika mereka mendengar teriakan sang bocah.
“Dia mencoba memperkosa putri saya,” kata Bashar Al-Ali seperti dikutip dari laman Mirror, Ahad (20/03/2016).
Kejadian bermula ketika Bashar al Ali dan Dlar Sedo mendengar teriakan orang meminta tolong saat mereka berada di Kamp Idomei di Yunani. “Dia mencoba memperkosa putri saya,”ujar Bashar.
Akhirnya mereka berdua bergegas menolongnya, dan menemukan pria itu – seorang pengungsi Afghanistan – yang sedang mencoba membuka baju gadis muda, dilaporkan International Business Times.
Mereka berada di beberapa hutan di belakang blok toilet sementara, kata pria Suriah.
Al-Ali, seorang koki dari Deir el-Zur, menjelaskan bahwa “Orang Afghanistan membawanya ke balik toilet dan kemudian dia mulai menjerit. Aku berlari dan melihat bahwa ia mencoba untuk membuka t-shirt dan celananya. Aku menyambarnya dan mulai menendang dia,” tutur Ali.
Mereka mengatakan bahwa banyak ingin menghakimi orang itu, tapi al-Ali dan Sedo bertekad untuk menyerahkannya ke polisi untuk mendapat keadilan. “Kita berada di sebuah negara beradab dan kita perlu membiarkan polisi mengurus ini,” kata Sedo.
“Saya merasa marah karena gadis itu dari bangsa saya,” tambah Al-Mulhem, juga dari Deir el-Zur.
Pria pedofilia dikabarkan membawa anak gadis itu sejauh satu mil dari kamp pengungsi.
Salah satu pengungsi yang ikut menangkap tersangka juga menuturkan kesaksiannya.
“Setelah pria itu ditangkap, kami semua mendengar teriakan orang-orang ingin membunuhnya tapi kami mengatakan tidak. Itu bukan tugas kita”. “Kita berada di negara beradab dan kita harus membiarkan polisi mengurus ini,” kata Sedo dikutip Independent.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Sementara itu, Menteri Dalam Negeri Yunani mengatakan kondisi para pengungsi tinggal tak ubahnya seperti suasana di kamp-kamp Nazi. Pernyataan itu ia sampaikan ketika ia mengunjungi Kamp Idomeni, yang terletak di perbatasan Yunani dengan Makedonia.
Meskipun kamp pengungsian di Idomeni hanya direncanakan berisi 2.500 orang, tapi kamp tersebut akhirnya menampung sekira 12.000 pengungsi yang saat ini berada dalam kondisi basah, dingin dan berlumpur. Sehingga sangat mempengaruhi kondisi fisik dan mental para pengungsi yang rata-rata melarikan diri dari kondisi negaranya yang kacau akibat konflik.*