Hidayatullah.com—Polisi kriminal Jerman (BKA) menerima antara 25 dan 30 laporan perihal kejahatan perang setiap hari dari pengungsi yang tiba di negaranya, laporan sebuah lembaga penyiaran regional hari Senin (11/4/2016) dilansir Deutsche Welle.
Divisi khusus kejahatan perang di BKA, berbasis di kota kecil Meckenheim, dekat Bonn, mengatakan kepada Hessische Rudfunk bahwa “mereka tidak siap dengan arus kedatangan orang banyak ini,” dan bahwa mereka butuh tambahan personel untuk menangani laporan dari para pengungsi.
Sekitar 2.800 kesaksian sudah dicatatkan di Jerman, dengan bukti kebanyakan berasal dari interview rutin petugas Kantor Federal untuk Migrasi dan Pengungsi (BAMF) dengan pengungsi pencari suaka.
Namun, BKA juga mengakui bahwa hanya sedikit laporan yang disertai dengan bukti nyata seperti foto atau saksi-saksi lain, dan banyak laporan yang masuk ternyata hanya rumor belaka.
Meskipun demikian, BKA mengkonfirmasi kepada Deutsche Welle bahwa mereka telah melakukan 13 penyelidikan berdasarkan kesaksian dari para pengungsi.
Pertanyaan standar yang diajukan oleh BAMF ke semua pengungsi pencari suaka asal Suriah di antaranya adalah pertanyaan apakah orang bersangkutan pernah ikut bertempur bersama militer Suriah atau bekas personel militer Suriah, apakah mereka menyaksikan kejadian yang dapat dianggap sebagai kejahatan perang, termasuk penggunaan senjata kimia, dan apakah mereka memiliki bukti-bukti atau dokumen untuk mendukung kesaksiannya itu.
Menjawab pertanyaan-pertanyaan itu adalah opsional, dan BAMF akan langsung menyerahkan jawaban apapun yang diberikan pencari suaka kepada pihak kepolisian.
Salah satu pengaduan yang masuk itu membuahkan hasil. Hari Rabu lalu seorang warga Suriah bernama Ibrahim Al F ditangkap di Westphalia dengan tuduhan dugaan melakukan kejahatan perang. Pria berusia 41 tahun itu diyakini pernah menjadi pemimpin sebuah kelompok berkekuatan 150 militan di Aleppo yang berperang bersama Tentara Pembebasan Suriah (FSA) setidaknya dari tahun 2012, dan menjarah harta milik warga di kota itu.
Ibrahim Al F juga dituduh mengawasi pelaksanaan penyiksaan sejumlah tawanan, terlibat langsung dalam penyiksaan setidaknya dua tawanan dan menuntut uang tebusan untuk pembebasan mereka.
Selain menyelidiki kemungkinan penjahat perang di antara para pengungsi asal Suriah, aparat Jerman juga menyelidiki kemungkinan serupa di kalangan pengungsi asal Iraq dan negara lainnya yang tahun belakangan ini membanjiri negara itu.
Ratusan rumor dan gambar mengerikan dari konflik berdarah di Suriah bertebaran di media sosial sejak pecah perang 5 tahun lalu. Namun, banyak aktivis HAM yang berusaha mengumpulkan bukti-bukti konkret dari laporan-laporan yang masuk, sebab tidak semua bisa dipercaya begitu saja.*