Hidayatullah.com—Tahun 2016 ini akan menjadi tahun terakhir di mana bulan suci Ramadhan dimulai pada musim panas, selajutnya hingga tahun 2041 Ramadhan tidak akan dimulai pada musim panas, kata Asosiasi Astronomi (AA) di Jeddah dalam pernyataannya.
Dilansir Ahram Online Ahad (26/6/2016), organisasi astronom di Saudi itu mendaftar 1 Juni sebagai awal musim panas dengan menggunakan kalender meteorologi, berbeda dengan sistem tradisional astronomi yang mencatat musim panas dimulai pada 21 Juni.
Setiap tahun awal Ramadhan 11 hari lebih awal dibanding tahun sebelumnya, karena ada perbedaan antara sistem lunar kalender Hijriyah dan kalender umum Gregorian yang memakai sistem solar.
Kalender Hijriyah memiliki 12 bulan, masing-masing bisa berumur 29 atau 30 hari (tidak pernah lebih atau kurang dari angka itu) tergantung pada penampakan hilal di langit. Sehingga total hari dalam setahun 355 atau 354. Jadi, ada perbedaan 11 hari dengan kalender Gregorian yang dipakai dunia internasional saat ini.
Ramadhan 2017 atau 1438 Hijriyah diperkirakan akan dimulai pada tanggal 2 Mei dan berakhir pada 25 Juni. Itu artinya, berdasarkan perhitungan dengan kalender meteorologi sebagian besar masa puasa akan berlangsung pada musim panas, tetapi awal puasa dimulai pada musim semi.
Menurut AA, hingga sembilan tahun ke depan Ramadhan akan dimulai pada musim semi, selanjutnya pada musim dingin selama 8 tahun, lalu musim gugur selama 8 tahun, sebelum kemudian dimulai lagi pada musim panas.
Sejak tahun 2007 sampai tahun 2016, Ramadhan selalu dimulai pada musim panas.*