Hidayatullah.com–Angkatan Darat Amerika Serikat sedang melakukan asesmen keamanan terhadap aplikasi buatan China TikTok, setelah seorang anggota parlemen dari Partai Demokrat memperingatkan ancaman keamanan nasional berkaitan dengan cara aplikasi tersebut menggelola data penggunanya, kata US Army Secretary Ryan McCarthy hari Kamis (21/11/2019).
Berbicara kepada para reporter di sebuah acara wadah pemikir American Enterprise Institute, McCarthy mengatakan dia memerintahkan asesmen tersebut setelah politisi senior Senat AS Chuck Schumer (Dem) memintanya untuk memeriksa kemungkinan risiko pengunaan aplikasi itu oleh militer guna merekrut remaja-remaja Amerika.
“Pakar-pakar keamanan nasional sudah mengutarakan kekhawatiran perihal pengumpulan dan pengelolaan data pengguna oleh TikTok, termasuk konten dan telekomunikasinya, alamat IP, data berkaitan lokasi, metadata, dan informasi personal sensitif lainnya,” tulis Schumer kepada McCarthy dalam surat bertanggal 7 November.
Schumer mengatakan sangat khawatir terutama karena undang-undang di China mengharuskan perusahaan-perusahaan domestik “mendukung dan bekerja sama dengan dinas intelijen yang dikontrol oleh Partai Komunis China.”
Committe on Foreign Investment in the United States (CFIUS) sudah menggelar review keamanan nasional atas akuisisi bernilai $1 miliar media sosial AS Musically.ly oleh pemilik TikTok, ByteDance Technology Co.
TikTok tidak langsung merespon ketika dimintai komentar, lapor Reuters.
Sebelumnya perusahaan Tiongkok itu menekankan independensinya dari China tetapi gagal meyakinkan Kongres AS perihal jaminan keamanan data pribadi penggunanya warga AS dan apakah kontennya dijamin bebas sensor oleh Beijing.
Dalam tulisan di blognya pada 5 November, General Manajer TikTok AS Vanessa Pappas mengatakan data center perusahaan berlokasi sepenuhnya di luar China. Dia mengatakan bahwa data pengguna yang disimpan di AS di-backup di Singapura.
ByteDance merupakan salah satu startup China yang paling maju pesat. Sekitar 60% pengguna aktif bulanan TikTok di AS yang mencapai 26,5 juta berusia antara 16 dan 24 tahun, kata perusahaan itu tahun ini.*