Amnesty mengatakan milisi Syoaj menggunakan senjata dalam serangan balas dendam termasuk penculikan, penyiksaan dan pembunuhan [RTR/Ahmed Jadallah]
Bagikan
Hidayatullah.com–Organisasi HAM Amnesty International menyatakan milisi-milisi yang didominasi Syiah itu secara bersama dikenal sebagai Al-Hasd Al-Syakbi, melakukan kejahatan perang menggunakan senjata dari persediaan militer Iraq.
Sebuah laporan Amnesty International yang dilansir, Kamis (05/01/2016) menyebutkan milisi-milisi yang bersekutu dengan pasukan Iraq melakukan kejahatan perang dengan senjata yang diberikan untuk militer Iraq oleh sedikitnya 16 negara, termasuk Amerika, Rusia dan Iran.
Organisasi HAM itu menyatakan milisi-milisi yang didominasi Syiah itu secara bersama dikenal sebagai Al-Hasd Al-Syakbi. Amnesty menyatakan mereka melakukan kejahatan perang seperti pembunuhan sewenang-wenang dan penyiksaan, menggunakan senjata dari persediaan militer Iraq, sebut kelompok itu.
“Pemasok senjata internasional, termasuk Amerika, negara-negara Eropa, Rusia dan Iran, harus menyadari fakta bahwa semua kiriman senjata ke Iraq berisiko jatuh ke tangan kelompok-kelompok milisi yang punya sejarah pelanggaran HAM,” kata peneliti Amnesty Patrick Wilcken dalam suatu pernyataan dikutip Voice of America.
Wilcken menambahkan bahwa negara-negara yang ingin menjual senjata ke Iraq harus lebih dulu memberlakukan langkah-langkah ketat guna memastikan milisi tidak dapat menggunakan senjata itu untuk melanggar HAM.
Milisi Syiah yang tergabung dalam Al-Hasd Al-Syakbi
Amnesty menyatakan temuan-temuannya itu didasarkan pada penelitian di lapangan selama 2,5 tahun serta analisis foto dan video. Organisasi ini juga melakukan wawancara dengan puluhan mantan tahanan, saksi mata dan kerabat mereka yang tewas atau hilang. Seorang juru bicara Hashid Shaabi tidak segera menanggapi permintaan untuk mengomentari laporan tersebut.
“Pemasok senjata Internasional, termasuk Amerika Serikat, negara-negara Eropa, Rusia dan Iran, harus bangun untuk fakta bahwa transfer senjata ke Iraq membawa risiko nyata berakhir di tangan kelompok-kelompok milisi dengan sejarah panjang pelanggaran hak asasi manusia,” kata Patrick Wilcken, dikutip Aljazeera.
Kelompok hak asasi berbasis di London ini menggunakan penelitian lapangan, analisis foto dan bukti video sejak Juni 2014 guna mendokumentasikan senjata yang digunakan oleh paramiliter Syiah.
Meliputi; tank, senapan mesin, senapan penembak jitu di lebih dari 100 jenis senjata yang digunakan untuk menarget warga sunni-Arab.
Milisi Al-Hasd Al-Syakbi dibentuk tahun 2012 atas seruan pemimpin Syiah Iraq. Milisi-milisi Syiah berkoalisi untuk menghadapi pasukan ISIS yang saat itu kembali mengontrol wilayah yang luas, utamanya Mosul. Namun koalisi milisi Syiah ini dinilai banyak menimbulkan kekerasan sektarian di berbagai wilayah Iraq. Yang menjadi korban paling banyak adalah warga Sunni.*