Hidayatullah.com—Ratusan orang melakukan demonstrasi di bandara-bandara AS guna menolak aturan baru pelarangan masuknya semua pengungsi ke AS selama 120 harilarangan tujuh negara mayoritas Muslim ke AS selama 90 hari oleh Presiden Donald Trump.
Para demonstran mendatangi di Bandara O’Hare di Chicago, Illinois. Unjuk rasa serupa juga berangsung di sejumlah daerah di Amerika Serikat. Termasuk di Bandara JFK, New York, Bandara Internasional Los Angeles sebagai lokasi demonstrasi, Ahad (29/01/2017) waktu setempat.
Aksi serupa juga terjadi di Terminal 4 Bandara JFK, dan Bandara Logan di Boston, Massachussetss.
Di bandara Los Angeles International Airport (LAX) California, sejumlah demonstran tampak memegang papan nama dari beberapa orang yang tertahan dan ditolak masuk ke negara AS. Di antaranya ada yang mengangkat kertas bertuliskan ‘S. Saravi. Visa suspended. Karena aturan yang tidak konstitusional. Ia seorang mahasiswa kedokteran di Harvard.’
Isi Perintah Trump yang Melarang Pengungsi dan Warga 7 Negara Mayoritas Muslim Masuk ke Amerika
Sebelumnya, sebagai Presiden AS baru, Donald Trump mengeluarkan ‘larangan ekstrim’ pada Jumat (27/01/2017), berisi ketentuan larangan masuk semua pengungsi ke AS selama 120 hari.
Perintah itu juga menolak kedatangan seluruh pengungsi asal Suriah, lantas memblokir kedatangan warga dari tujuh negara mayoritas muslim ke AS selama 90 hari. Ketujuh negara itu adalah: Iran, Iraq, Libya, Somalia, Sudan, Suriah, dan Yaman.
Ratusan umat Islam Amerika Serikat juga ikut turun ke Bandara Dallas Fort Worth (DFW) untuk memprotes keputusan Donald degan cara melaukan shalat jamaah di terminal D.
Omar Suleiman, maju ke garis depan, meletakkan jaketnya tepat di depan tempat ia sujud dan memimpin shalat Dhuhur berjamaah diikuti jamaah lain yang ikut berdoa secara serius.
Banyak pengunjuk rasa –termasuk Suleiman—berada di bandara selama berjam-jam untuk menentang perintah eksekutif dilihat sebagai “larangan pada Muslim” yang ditandatangani hari Sabtu oleh Presiden Donald Trump.
Beberapa orang lain mendukung langkah yang diperlukan selama itu dilakukan dengan cara damai.
Pelarangan ini berdampak pada sejumlah penumpang yang memiliki visa masuk AS, dan tertahan di sejumlah bandara.
Kebingungan juga dialami oleh para petugas di bandara yang susah payah menerjemahkan apa maksud dari aturan yang baru dikeluarkan tersebut, terutama menghadapi warga negara resmi beridentitas justru juga tertahan di bandara pasca kedatangan.
Situasi kekacauan terjadi di terminal kedatangan di John F. Kennedy International Airport di New York, di mana sejumlah pengacara melayangkan gugatan mewakili dua orang asal Iraq yang bekerja untuk militer AS dan sedang berada di udara ketika Trump menandatangani aturan tersebut. Para demonstan mendukung tuntutan pengacara dan mereka yang tertahan di karena aturan Trump.
Di Toronto, Mohammadreza Tayfeh ditolak masuk ke AS karena kewarganegaraannya, dan kru pesawat Delta mencoba menenangkannya.
Tayfeh yang sudah memesan tiket pesawat Delta Airlines terpaksa harus menelepon pihak maskapai untuk pengembalian dana.
“Memberikan cap seluruh negara sebagai teroris? Saya tidak tahu lagi harus berkata apa,” ujar Tayfeh, seorang asal Iran yang menyelesaikan gelar doktornya di bidang teknik University of Saskatchewan di Saskatoon.
Melanie Nezer dari lembaga Hebrew Immigrant Aid Society, lembaga Yahudi yang bekerja dengan pengungsi, mengatakan ada sekitar 2000 orang yang dijadwalkan akan datang ke AS pekan depan.
Sementara itu, ribuan pengungsi yang ingin masuk juga telah dilempar ke tempat orang-orang terlantar (limbo).
‘Melawan Terorisme Islam’
Keputusan Trump ini merupakan realisasi janjinya semasa kampanye. Usai serangan di San Bernardino akhir 2015 oleh simpatisan ISIS, Donald Trump sudah mengeluarkan pernyataan yang akhirnya menuai banyak protes.
Saat itu menyarankan pemerintah untuk melarang Muslim masuk Amerika. Bahkan dalam inaugurasi 20 Januari lalu tegas menyebut “terorisme Islam radikal”, kata yang tidak pernah diucapkan oleh pemerintahan AS sebelumnya.
Lebih 1 Juta Wanita di AS dan Belahan Dunia Turun Jalan Anti Trump
Ia mengatakan tindakan itu diambil untuk melindungi warga Amerika dari terorisme.
“Ini bukan pelarangan Muslim,” kata Trump pada media. “Ini akan bekerja baik, di bandara dan tempat lainnya.”
“Kita akan memiliki aturan ketat, sangat ketat, yang harusnya sudah ada sejak dulu di negara ini,” tambah dia.
Warga Arab di Timur Tengah dan Afrika Utara mengungkapkan aturan Trump diskriminatif dan penghinaan. Aturan tersebut juga dikecam banyak negara lain, seperti Prancis dan Jerman serta organisasi peduli hak asasi manusia.
Sudan menyebut aturan pelarangan itu sebuah langkah yang ‘sangat disayangkan’ setelah Washington baru sepekan lalu berkomitmen melawan terorisme. Pemerintah Yaman juga mengungkapkan ketidaksukaannya terhadap larangan Trump. *