Hidayatullah.com—Produsen televisi merk Vizio setuju membayar $2,2 juta guna menyelesaikan kasus hukum yang menuduhnya secara ilegal mengumpulkan data kebiasaan menonton penggunanya.
US Federal Trade Commission (FTC) mengatakan teknologi televisi pintar perusahaan itu menangkap data apa saja yang sedang ditampilkan di layar dan mengirimkannya ke server milik perusahaan.
Data itu lantas dijual ke pihak ketiga, kata FTC seperti dilansir BBC Selasa (7/2/2016).
Vizio mengatakan data yang dikumpulkannya tidak bisa dicocokkan dengan data individu pemilik televisi.
“[Pihak perusahaan] tidak pernah menggandengkan data tontonan dengan informasi identifikasi personal seperti nama atau informasi kontak, dan komisi tidak menuduh atau berpendapat sebaliknya.”
“Malah, seperti tertulis dalam keluhan, praktek yang dipermasalahkan pemerintah hanya berkaitan dengan penggunaan data tontonan secara ‘berlebihan’ untuk menghasilkan rangkuman laporan mengukur tontonan pemirsa atau perilakunya.”
FTC mengatakan pengumpulkan data itu dilakukan Vizio mulai Februari 2014 dan mengenai sekitar 11 juta perangkat televisi.
Di laman blognya, FTC menjelaskan bahwa Vizio mengumpulkan data unik dari setiap Vizio smart TV di rumah pelanggan. Tidak hanya informasi apa yang ditonton setiap detiknya, tetapi TV pintar itu juga mendulang informasi alamat IP penggunanya, access point terdekat, kodepos, serta informasi lainnya.
“Mereka juga membagikan informasi itu ke perusahaan-perusahaan lain,” kata FTC.
Sebagai bagian dari penyelesaian masalah itu, Vizio setuju untuk lebih giat memberitahukan kepada pelanggannya tentang bagaimana data itu disimpan dan dikumpulkan, dan berjanji berusaha lebih jelas dan tegas memberitahukan soal pengumpulan data itu di awal kepada pembeli produknya. Pihak perusahaan juga diperintahkan untuk menghapus semua data yang sudah dikumpulkannya.
Kemampuan TV pintar untuk memberikan layanan menonton sesuai keinginan pemirsa menimbulkan kekhawatiran terhadap privasi pengguna yang mudah dilanggar. Pada tahun 2015 muncul perangkat TV pintar buatan Samsung, yang diketahui kemudian potensial mengirim data suara tanpa sepengetahuan pengguna atau pemilik perangkat tersebut.*