Hidayatullah.com—Pejabat-pejabat Moldova yang pro-Barat mencuri ratusan juta dana bantuan dari Uni Eropa dalam beberapa tahun terakhir, kata presiden negara itu. Dia mendesak ikatan yang lebih dekat ke Rusia dan mengatakan bahwa lebih memusatkan perhatian pada negara-negara Barat adalah sebuah kesalahan besar.
Brussels –di mana markas besar Uni Eropa berada– harus memperketat kontrol terhadap aliran uangnya di Moldova, kata Presiden Igor Dodon dalam wawancara dengan harian Welt yang dipublikasikan hari Rabu (5/4/2017), lansir Deutsche Welle.
Menurut Dodon, UE memberikan dana lebih dari 782 juta euro ($835 juta) kepada negara bekas Uni Soviet itu antara tahun 2007 dan 2015.
“Sedikitnya setengah dari dana itu hilang melalui saluran-saluran yang tidak jelas. Anggota-anggota korup dari berbagai pemerintahan pro-UE di negeri ini mencurinya,” kata Dodon saat wawancara dengan koran terbitan Jerman itu. Dalam peran sebelumnya sebagai ketua partai oposisi, Dodon “berulang kali berupaya mengangkat isu itu dengan para perwakilan di Brussels, tetapi komisioner-komisioner Uni Eropa yang bertugas dalam masalah ini tidak peduli,” imbuhnya.
Moldova, sebuah negara berbahasa Rumania yang tidak memiliki garis pantai dan berpenduduk sekitar 3,5 juta jiwa, adalah salah satu negara paling miskin di kawasan Eropa Timur. Dodon yang kini berusia 42 tahun mulai menjabat presiden Desember tahun lalu, setelah memenangi pemilu dengan platform pro-Rusia.
Namun, pemerintah yang berpusat di ibukota Kishinev masih dikuasai oleh politisi-politisi pro-Barat (Uni Eropa). Kabinet tahun lalu meneken perjanjian dengan Uni Eropa.
Meskipun mendapat kucuran dana, ada kesepakatan politik dan liberalisasi visa yang diberikan oleh Brussels (UE) kepada negara Moldova, tetapi tingkat persetujuan publik terhadap UE melorot dari 70 persen menjadi 38 persen dalam kurun 10 tahun terakhir, ungkap Dodon.
“Hal ini terjadi sebab uang tersebut tidak sampai ke masyarakat. Rakyat kami melihat berbagai pejabat pemerintah yang pro-Barat terlibat skandal-skandal korupsi,” kata Dodon.
Lebih lanjut dia mengingatkan bahwa sebagian dana dari Uni Eropa itu adalah berasal dari uang pajak warga Jerman.
“Bagaimana perasaan rakyat Jerman, mereka tinggal di apartemen-apartemen sederhana, sementara uang pajak mereka mengalir ke politisi-politisi korup di Republik Moldova, yang kemudian menggunakannya untuk membeli kastil-kastil di Jerman?” tanyanya.
Mengomentari Association Agreement dengan Uni Eropa, Dodon mengatakan dia pribadi ingin agar dilakukan negosiasi ulang di mana Rusia ikut ambil bagian di dalamnya. Dia juga menyuarakan perihal Eurasian Economic Union (EEU), sebuah organisasi perdagangan bebas yang didominasi oleh Rusia.
“Secara pribadi, saya yakin kami akan lebih mendapatkan keuntungan dari hubungan erat dengan Eurasian Union. Moldova akan mendapatkan manfaat jangka panjang dengan memasuki EEU,” ujarnya.
Kishinev harus bekerja sama dengan Timur dan Barat, menurut Dodon.
“Kami selama ini memusatkan perhatian secara eksklusif kepada Barat dalam tujuh tahun terakhir. Itu adalah kesalahan besar,” kata Dodon. “Kami membutuhkan kemitraan strategis dengan Rusia.”*