Hidayatullah.com–Orhan Yıkılkan, ketua penasihat Kepala Staf Jenderal Turki, bersaksi di pengadilan bahwa upaya kudeta 15 Juli merupakan ulah kelompok Organisasi Teroris Gülenist (FETO), yang disebut pertama kali oleh Presiden Recep Tayyip Erdoğan.
Seperti terdakwa lainnya, dia menolak keterlibatannya dalam upaya pemberontakan tersebut, sementara presiden dan menteri kehakiman mengklaim para terdakwa ‘berbohong’ dan mengatakan bahwa keadilan akan menang.
Staf Kolonel Orhan Yıkılkan merupakan salah satu tokoh yang paling dekat dengan Kepala Staf Jenderal Hulusi Akar. Dia saat ini didakwa berperan dalam upaya kudeta 15 Juli tahun lalu yang menyebabkan 250 orang terbunuh di Turki. Dia merupakan tersangka terbaru yang bersaksi di pengadilan terkait tawaran pemberontakan yang diajukan oleh para penyusup dari Kelompok Teror Gülenist (FETÖ) di dalam militer. Yıkılkan, seperti terdakwa lain yang bersaksi sebelumnya, membantah keterlibatan apapun dalam upaya kudeta meskipun bukti-bukti menunjukkan sebaliknya.
Presiden Recep Tayyip Erdoğan dan Menteri Kehakiman Bekir Bozdağ mengkritik perilaku para terdakwa kudeta di pengadilan. Erdoğan dan Bozdağ memberi jaminan pada publik bahwa keadilan akan ditegakkan di pengadilan, yang diawasi secara ketat oleh keluarga para korban upaya kudeta.
Baca: Dituding Terkait FETO, Aset >3.000 Hakim dan Jaksa Turki akan Dibekukan
Yıkılkan merupakan ketua penasihat Akar ketika tentara pro-kudeta di markas tentara, menerima bantuan dari sebuah unit elit militer yang dikirim dari pangkalan lain, membawa Akar dan jenderal anti-kudeta lain sebagai sandera. Dia dituduh memimpin kudeta, setidaknya untuk beberapa jam, dengan mengeluarkan perintah dari Peace At Home Council pada unit-unit militer di seluruh Turki, sebelum Mehmet Partigöç, pejabat senior lainnya di markas, mengambil alih kepemimpinan darinya. Yıkılkan dan Partigöç merupakan dua diantara 221 terdakwa di pengadilan utama terkait kudeta yang dimulai pada minggu lalu di ibukota Ankara.
Dalam penggeledahan di kantornya, kepolisian menemukan dokumen milik Yıkılkan yang menunjukkan perannya dalam kudeta. Salah satu catatan berisi nama Menteri Kehakiman Bekir Bozdağ, Walikota Ankara Melih Gökçek dan kepala polisi counter-teror Turgut Aslan dan di samping nama-nama mereka terdapat jumlah kendaraan militer (kapal perang dan pengangkut personel lapis baja) bagi para tentara yang akan dikirim untuk menangkap atau membunuh mereka. Aslan “diundang” ke sebuah markas militer oleh para pengkudeta dan ditembak tepat di kepala di sana. Yıkılkan menolak bahwa catatan-catatan tersebut merupakan miliknya.
Dia juga membantah pernyataan dari terdakwa lain di pengadilan dan dia tidak mengatakan pada terdakwa tersebut bahwa “darurat militer telah diberlakukan.”
Dia juga membantah berpartisipasi dalam pertemuan dengan para pelaku pemberontakan lain untuk merencanakan kudeta.
Yıkılkan merupakan anggota dari Peace At Home Council yang berkumpul di sebuah vila di Ankara beberapa hari sebelum kudeta, di bawah kepemimpinan penceramah teologi Adil Öksüz.
Öksüz, seorang akademisi, sebenarnya merupakan pemimpin senior di FETÖ dan tersangka utama dalam kasus kudeta di mana dia, seperti para terdakwa lain, menghadapi hukuman mati. Dia dituduh merupakan dalang kudeta dengan persetujuan pemimpin FETÖ Fetullah Gülen.
Baca: Militer Turki Mengatakan Hanya 1,5 Persen Tentara Terlibat Kudeta
Yıkılkan mengklaim dia memiliki “intelejen” yang mengatakan bahwa kudeta akan terjadi dan telah memperingatkan otoritas berwenang. Dia mengatakan hal itu, pada Februari 2016, di mana dia menemukan bahwa Semih Terzi merupakan salah satu diantara yang merencakan kudeta tetapi tidak mengatakan hal tersebut pada otoritas berwenang karena “kurangnya bukti.” Terzi, seorang brigadir jenderal, terbunuh ketika dia berusaha untuk mengambil alih markas militer di Ankara bersama para pelaku kudeta lainnya. Namanya digunakan sebagai pembelaan oleh para terdakwa di pengadilan yang menyalahkannya dalam upaya kudeta tersebut.
Dia mengakui percakapan teleponnya dengan Ümit Gencer, pejabat pro-kudeta yang memaksa seorang presenter TV untuk membacakan pesan para pemberontak secara live dan mengatakan dia memerintahkan Gencer untuk tidak membacakan pesan tersebut. Dia mengakui tidak mengingat apa yang dia bicarakan dalam beberapa panggilan dengan mereka yang terlibat dalam upaya kudeta.
Yıkılkan juga membantah dia melakukan pencarian online hotel di mana Presiden Recep Tayyip Erdoğan tinggal selama upaya kudeta, meskipun bukti menunjukkan adanya riwayat pencarian di telepon genggamnya.
Sejauh ini, tidak ada terdakwa di pengadilan Ankara yang mengakui peran mereka dalam upaya kudeta, dan sebaliknya, mereka mengakui kalau mereka melawan para pelaku kudeta. Hanya tinggal beberapa terdakwa jenderal yang belum melakukan pembelaan. Menurut jaksa penuntut, tawaran pemberontakan merupakan tindakan dari 38 anggota Peace At Home Council, yang terdiri dari para penyusup FETÖ’s di militer.
Satu anggota dewan itu terbunuh selama kudeta, sementara anggota lainnya mengakui dia secara sadar bergabung dalam rencana kudeta meskipun dia membantah memiliki hubungan dengan kelompok teroris. Akın Öztürk, yang dituduh memimpin kudeta, membantah tuduhan itu.
Presiden Erdoğan pada Kamis mengecam para pemberontak tetapi menjamin mereka akan “menghadapi akhir yang pahit”.
“Mereka tertangkap basah tetapi mereka mengakui mereka tidak melihat upaya kudeta apapun. Kalian tidak bisa menipu rakyat. Kalian tidak bisa mengatakan kalian tidak melakukan hal itu setelah menggunakan F-16, helikopter, tank, senapan untuk menembak pada publik. Ada dokumen, rekaman, bukti dan kami akan membawa keadilan pada semua orang, termasuk pemimpin-pemimpin mereka di luar negeri,” kata Erdoğan mengatakan dalam pidatonya sebagaimana dikutip Daily Sabah. Erdogan juga mengatakan dia tidak pernah ragu bahwa pengadilan akan memberi “putusan yang tepat.”
Sementara itu berbicara di konferensi pada Jumat, Menteri Bozdağ mengutip pembelaan “bersama” para anggota FETÖ dalam pengadilan.
“Mereka mengatakan mereka tidak melakukan hal itu meskipun foto-foto, video memperlihatkan mereka. Ini karena Fetullah Gülen memerintahkan mereka untuk ‘membantan apapun’, kata Bozdağ. Menteri itu juga mengatakan FETÖ menghibur para anggotanya dan menjanjikan mereka pemulihan setelah Turki melancarkan tindakan keras di seluruh negeri pada kelompok itu. “
Mereka bahkan memberikan tanggal pada pengikutnya untuk kudeta baru sehingga mereka yang tertangkap tidak akan mengakui peran mereka dalam kudeta,” Bozdağ menambahkan.*/Nashirul Haq AR