Hidayatullah.com—Para buruh di sebuah pabrik batubata di bagian tenggara China yang upahnya belum dibayar oleh majikan, akhirnya harus menerima gaji dalam bentuk batubata.
Dilansir BBC Senin (22/1/2018), kantor berita Xinhua melaporkan bahwa sekitar 30 pekerja di Nanchang, Provinsi Jiangxi, setuju untuk menerima 290.000 buah batubata sebagai ganti 80.000 yuan upah mereka yang belum dibayarkan.
Jiangxi Daily melaporkan, para pekerja itu semuanya adalah pendatang. Mereka berasal dari daerah pegunungan di Yunan, barat daya China, di mana mereka hidup hanya mengandalkan lilin tanpa listrik atau kayu bakar untuk menghangatkan rumah.
Setelah kantor departemen tenaga kerja setempat turun tangan dibantu pengadilan, para buruh setuju untuk menerima upah dari pabrik berupa batubata untuk bayaran yang belum mereka terima.
Xinhua melaporkan, majikan pabrik –yang tidak disebutkan namanya oleh media lokal– masih memikirkan cara untuk membayar 10.000 yuan sisa upah yang belum dibayarkan. [1 yuan sekitar 2.000 rupiah]
Kasus itu menyulut perdebatan seru pengguna media sosial Sina Weibo.
“Mengapa selalu saja para pekerja dari pedesaan yang upahnya tidak dibayarkan,” kata seorang warga.
Sejumlah orang lain menjadikan kasus itu sebagai lelucon. Mereka mengatakan bahwa situasi “gelembung perumahan” di China sudah begitu parahnya sampai-sampai batubata dianggap layak menjadi alat pembayaran.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Perselisihan antara majikan dengan pekerja migran asal pedesaan di China kerap terjadi, terutama menjelang perayaan tahun baru China, yang pada tahun ini bertepatan dengan 16 Februari.
All-China Federation of Trade Unions mengatakan bahwa meeka sudah membantu lebih dari lima juta pekerja dalam sengketa upah yang belum dibayar. Selama lima tahun terakhir tidak kurang dari total 30 miliar yuan upah buruh tidak dibayarkan sebagaimana mestinya oleh para majikan.*