Hidayatullah.com—Seorang pria yang mengendarai mobil van ke arah kerumunan orang dekat sebuah masjid di London ingin membunuh Muslim sebanyak mungkin, demikian menurut keterangan dalam persidangan di Woolwich Crown Court.
Darren Osborne, 48, didakwa sengaja mengarahkan mobilnya ke jamaah masjid di Finsbury Park, sehingga menewaskan Makram Ali, 51, dan melukai semblan orang lain tahun lalu.
Osborne, asal Cardiff, membantah semua dakwaan pembunuhan dan percobaan pembunuhan.
Pada pembukaan sidang, jaksa Jonathan Rees QC mengatakan bahwa Osborne mengendari mobil boks Luton dari Cardiff menuju London pada 18 Juni 2017. Dia kemudian dengan sengaja menarget sekerumunan orang di Finsbury Park sekitar pukul 00:15 dini hari waktu setempat tanggal 19 Juni.
Kala itu, daerah tersebut ramai dengan jamaah yang mengikuti shalat tarawih, kata Rees di persidangan.
Osborne berniat “membunuh seseorang semata-mata karena agamanya,” imbuh Rees seperti dilansir BBC Selasa (23/1/2018).
Pasangan Osborne, Sarah Andrews mengatakan bahwa pria itu “terobesi” dengan Muslim beberapa pekan menjelang insiden, setelah menonton drama TV di BBC berjudul Three Girls, perihal kasus pelecehan seksual di daerah Rochdale.
Menurut jaksa, Andrews, yang sudah menjalin hubungan tanpa menikah selama 20 tahun dan memiliki 4 anak dari Osborne, mengatakan bahwa pria itu menjadi “bom yang siap meledak” setelah menonton drama tersebut.
Wanita itu menggambarkan Osborne sebagai seorang “penyendiri dan pecandu alkohol” yang temperamennya sulit diprediksi.
Lebih lanjut Rees mengatakan bahwa di akhir pekan menjelang aksinya, terdakwa mengoceh soal “kebencian rasial” di sebuah pub.
Kepada seorang prajurit dia diduga berkata, “Saya akan membunuh semua Muslim. Muslim adalah teroris. Keluarga-keluarga kalian akan menjadi Muslim. Saya akan membereskan masalah ini dengan tangan saya sendiri.”
Perangkat elektronik yang disita dari rumah Osborne menunjukkan bahwa dia mencari informasi di internet perihal Britain First dan English Defence League, dua kelompok rasis anti-Muslim terkemuka di Inggris.
Polisi juga menemukan sebuah video –yang diduga palsu– yang menunjukkan Muslim berpesta-pora menyusul peristiwa serangan di Paris.
Andrews mengatakan kepada polisi bahwa pasangannya itu membaca tulisan-tulisan pemimpin EDL Tommy Robinson di Twitter.
Catatan berupa tulisan tangan ditemukan di mobil van yang dipakai dalam aksi tersebut oleh pelaku. Tulisan itu mengeluhkan perihal teroris di jalan-jalan dan skandal eksploitasi anak di Rotherham. Dalam catatan itu Osborne menyebut Muslim sebagai “feral” (binatang liar) dan pria Muslim sebagai “pemerkosa” yang “melahap anak-anak kita”.
Tidak hanya itu, dalam catatannya Osborne menyebut tokoh Partai Buruh Jeremy Corbyn sebagai “simpatisan teroris”. Dia juga menyerang Wali Kota London Sadiq Khan serta artis penyanyi Lily Allen.
Jaksa berkeyakinan Osborne sudah membuat rencana untuk melakukan serangan ketika acara pawai Al-Quds Day di London, yang diselenggarakan oleh Islamic Human Rights Commission pada 18 Juni 2017.
Osborne diyakini meminta petunjuk arah jalan menuju Grosvner Square, yang menjadi tujuan peserta pawai, kepada seorang sopir taksi hitam.
Menurut jaksa, Osborne urung melakukan serangan atas peserta pawai tersebut karena ada pemblokiran jalan.
Sebagai gantinya, Osborne pergi ke arah Forest Hill, London bagian selatan, sekitar pukul 8 malam dan bertanya kepada seorang pria di mana lokasi masjid terdekat.
Oleh karena diberitahu tidak ada masjid di daerah itu, dia kemudian pergi ke arah utara, berhenti untuk menanyai seorang pengendara mobil tentang arah menuju Finsbury Park.
Pengemudi mobil itu membolehkan Osborne membuntutinya menuju daerah Finsbury Park sebelum pukul 23:30.
Osborne berencana membuat “pernyataan publik dengan cara membunuh Muslim”, mengetahui bahwa catatan tulisan tangannya akan ditemukan, kata jaksa.
Meskipun Osborne tidak didakwa dengan pasal terorisme, tetapi kata Rees, “catatan dan komentar yang dibuatnya setelah dia ditahan mengukuhkan bahwa tindakan kekerasan ekstrim yang dilakukannya, benar-benar, sebuah aksi terorisme.”
Persidangan kasus ini masih akan berlangsung sampai beberapa waktu mendatang.*