Hidayatullah.com–Wakil Menteri Kerajaan Arab Saudi untuk Pendidikan Anak Perempuan, Haya Al Awad menuai kontroversi setelah dia muncul di depan publik tanpa niqabnya.
Tidak ada rincian yang diberikan tentang keputusan Al Awad melepas niqabnya yang biasnya hanya memperlihatkan kedua matanya.
Keputusan Haya melepas cadarnya saat tampil di ruang publik mendapat kecaman dari sebagian netizen karena dianggap bertentangan dengan tradisi Saudi. Termasuk reaksi dari pengguna media sosial. Namun ada juga yang mendukung sikapnya itu.
Salah satunya adalah seorang ulama bernama Sulaiman Al Tareefi, yang mengatakan dia tidak melanggar peraturan apa pun dan hanya menggunakan haknya untuk tampil tanpa cadar.
“Dr Haya Al Awad hidup sesuai dengan keyakinannya dalam kerangka pluralisme hukum yurisprudensi,” kata Sulaiman Al Tareefi, seorang pengkhotbah agama, dikutip dari Gulf News.
“Para pengikut yurisprudensi telah memutuskan bahwa masalah ijtihad ini, alasan independen yang bertentangan dengan imitasi, tidak dapat diberhentikan.”
Saud Al Musaibeeh, penasihat media dan pendidikan, mengatakan bahwa dia memuji Al Awad karena mengadopsi sikap para ulama yang mengizinkan perempuan untuk tidak menutupi wajah mereka.
“Dia mengikuti apa yang dia yakini benar terlepas dari apa yang harus dia tanggung dari orang-orang yang menentang pandangannya,” katanya, dikutip oleh situs berita Saudi Al Marsad pada hari Senin.
Pelecehan Verbal
“Sayangnya, ada orang-orang yang ingin merebut setiap kesempatan untuk menyerang seorang pejabat wanita dan untuk menghasut publik terhadapnya. Orang-orang harus benar-benar berhati-hati tentang upaya subversi semacam itu yang dihasilkan oleh mereka yang bersembunyi di balik komputer mereka.”
Baca: Mengakomodasi Cadar dalam Pancasila dan Liberalisme
Dakwah Media BCA - Green
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Kritikus sastra Abdullah Al Ghadami mengatakan bahwa Al Awad telah mengikuti pandangan agama yang berwenang dan bahwa siapa pun yang menyerangnya akan melanggar hak-hak yurisprudensi.
Blogger Hatoon Qadhi mengatakan bahwa meskipun dia biasanya menjaga jaraknya dari masalah yang terkait dengan hijab, niqab dan burka, dia merasa dia harus bergabung dalam debat setelah serangan verbal terhadap seorang wanita terhormat yang memegang posisi tinggi di Kerajaan Saudi.
“Dr Haya tidak membutuhkan siapa pun untuk membelanya karena dia tidak melakukan kesalahan. Bahkan, saya berharap dia akan terus maju dan mengadili semua orang yang telah menyiksanya,” ujarnya dalam postingannya.*/Sirajuddin Muslim