Hidayatullah.com—Peritel terkemuka Marks & Spencer berencana menutup 100 tokonya dalam kurun waktu sampai 2022, dengan alasan reorganisasi penting bagi masa depan perusahaan.
Dari 100 toko itu, 21 di antaranya sudah ditutup dan M&S sekarang mengungkap 14 toko lain yang akan ditutup dalam waktu dekat.
Berdasarkan perencanaan yang dibuatnya, M&S ingin mengalihkan sepertiga penjualannya ke media online dan memiliki toko lebih sedikit tetapi dengan ukuran lebih besar di lokasi yang lebih baik untuk menjual produk pakaian dan perlengkapan rumah tangga.
Di Inggris saja, M&S memiliki lebih dari 1.000 toko.
Peritel itu ingin menggenjot penjualan setelah pada musim Natal tahun 2017 perdagangannya kurang memuaskan.
GlobalData memperkirakan bahwa pasar pakaian M&S akan mencapai 7,6% tahun ini, atau melorot hampir setengah dalam kurun dua dekade, meskipun mereka sudah membuka lebih banyak toko yang menjual pakaian, perlengkapan rumah dan makanan dalam satu atap, lapor BBC Selasa (22/5/2018). Langkah menutup sebagian toko akan membuat toko yang tersisa lebih produktif dan membantu mendongkrak penjualan.
Sejak mengumumkan program penutupan toko pada November 2016, sebanyak 18 toko M&S sudah ditutup dan tiga lainnya direlokasi.
Marks & Spencer menjadi salah satu bisnis yang diboikot oleh kelompok pro-Palestina, karena hubungan eratnya dengan Zionis. Marks & Spencer berkali-kali mendapatkan penghargaan dari pemerintah Zionis atas investasi dan hubungan dagangnya dengan Israel.*