Hidayatullah.com—Tukang-tukang jagal di Prancis menulis surat kepada pemerintah meminta perlindungan dari serangan kaum vegetarian yang militan, menuding mereka mengancam kebiasaan makan daging masyarakat di negeri itu.
Toko-toko dilempari batu atau dicoreti dengan berbagai grafiti atau ditempeli stiker antidaging, kata Federasi Jagal Prancis seperti dilansir BBC Selasa (26/6/2018). Kurun beberapa bulan terakhir saja, 15 toko daging dikotori dengan darah palsu.
Ketua federasi Jean-Francois Guihard mengatakan di dalam suratnya bahwa serangan tersebut merupakan salah satu bentuk terorisme.
“Teror yang orang-orang itu coba lakukan, memiliki tujuan menghapus secara menyeluruh budaya Prancis,” tulisnya.
Kaum vegetarian itu ingin memaksakan gaya hidup, atau bahkan ideologi mereka kepada mayoritas masyarakat, kata federasi tukang daging itu.
“Gaya hidup vegan dibesar-besarkan di media,” kata Guihard, yang mana hal itu memicu intoleransi.
Menurut survei tahun 2016, diperkirakan 3 persen orang Prancis merupakan vegetarian.
Profesi tukang daging cukup dihormati dalam masyarakat tradisional Prancis, tetapi serangan terhadap bisnis mereka bukan kasus baru di negeri itu. Seorang pemilik toko daging mengatakan kepada koresponden BBC bahwa 20 tahun silam gembok-gembok tokonya pernah dilumuri lem perekat sehingga mati tak dapat dibuka.
Bulan Maret lalu, seorang aktivis vegan di Prancis dijatuhi hukuman percobaan karena memasang tulisan di Facebook bahwa pembunuhan seorang jagal oleh militan Muslim merupakan “keadilan”.
Belum lama ini, menyusul menurunnya penjualan daging, kelompok petani meminta Presiden Emmanuel Macron agar mengambil kebijakan guna mencegah apa yang mereka sebut sebagai gerakan antidaging.
Para pembuat makanan ingin menghentikan penggunaan istilah “steak”, “fillet”, “bacon” dan “sosis” pada produk-produk nondaging.
Sebuah usulan agar mewajibkan sekolah-sekolah menyajikan hidangan vegetarian sekali sepekan sudah ditolak parlemen.*