Hidayatullah.com—Satu kelompok terdiri dari 13 karyawan restoran Korea Utara yang pindah ke Korea Selatan pada tahun 2016 dipaksakan oleh intelijen Korsel, kata manajer mereka.
Ho Kang-il mengatakan kepada kantor berita Yonhap bahwa dirinya diperas dan 12 karyawan wanitanya tidak tahu ke mana mereka dibawa ketika menuju Seoul, lansir BBC Ahad (15/7/2018).
Perserikatan Bangsa-Bangsa telah menyeru dilakukannya penyelidikan “menyeluruh” atas masalah tersebut.
Korea Selatan sebelumnya mengatakan bahwa sekelompok orang itu membelot secara sukarela.
Karyawan-karyawan restoran itu bekerja di tempat yang dikelola oleh negara Korea Utara di kota Ningbo, China, pada tahun 2016 ketika mereka pergi menuju Korsel.
Kala itu, seorang pejabat pemerintah di Seoul mengatakan bahwa sekelompok orang tersebut tidak lagi mempercayai propaganda Korea Utara setelah menyaksikan dram-drama televisi Korea Selatan.
Akan tetapi, dalam wawancara yang dipublikasikan Yonhap hari Ahad, manajer restoran Ho Kang-il mengatakan dia sudah sejak lama bekerja sama dengan Badan Intelijen Nasional (BIN) Korea Selatan, yang menjanjikan dirinya akan dapat membuka restoran sendiri apabila bersedia membelot ke Selatan.
Ho mengatakan ketika dia ragu-ragu, intelijen mulai memeras dirinya.
“Mereka mengancam bahwa jika saya tidak pergi ke Selatan bersama karyawan-karyawan saya, mereka akan membongkar ke Kedutaan Korea Utara bahwa saya selama ini telah bekerja sama dengan BIN Korsel sampai saat itu. Saya tidak punya pilihan lain kecuali melakukakn apa yang mereka katakan kepada saya,” papar Ho.
Pelapor khusus PBB untuk masalah-masalah HAM di Korea Utara, Tomas Ojea Quintana, mengatakan kepada para reporter awal pekan lalu bahwa sejumlah wanita tersebut mengatakan mereka dibawa ke Selatan “tanpa mengetahui bahwa mereka dibawa ke sini” dan meminta agar dilakukan penyelidikan.
Korea Utara diyakini mengoperasikan sekitar 130 restoran di luar negeri, yang memberikan sumber mata uang asing berharga yang diperlukan pemerintah, dan para pekerjanya merupakan orang-orang pilihan yang diyakini akan kesetiaannya kepada negara.
Keraguan perihal pembelotan mereka muncul pertama kali dua bulan silam, ketika Ho dan tiga orang wanita, yang wajahnya disamarkan dan identitasnya disembunyikan, muncul di saluran televisi JTBC yang menginformasikan bahwa mereka dipaksa bepergian ke Korea Selatan.
Salah seorang wanita itu mengatakan bahwa Ho mengancam akan memberitahukan pihak kepolisian Korut bahwa mereka menonton siaran televisi Korsel, sebuah tindakan yang dapat dikenai hukuman di negara represif itu.
Setelah laporan tersebut ditayangkan JTBC kementerian unifikasi Korea di Seoul mengatakan bahwa pernyataan sekelompok orang itu perlu dicek.
Korea Utara selama ini bersikukuh mengatakan bahwa sekelompok karyawan restoran itu diculik oleh pihak Selatan. Namun Seoul, yang tahun lalu menambahkan empat kali lipat uang hadiah bagi defektor Korut menjadi $860.000, bersikukuh mengatakan bahwa mereka membelot secara sukarela.
Lebih dari 30.000 orang Korea Utara tiba di Korea Selatan selama kurun dua dekade terakhir, menurut pemerintah Seoul.*