Hidayatullah.com–Puluhan ribu orang melakukan peringatan tahun kedua kudeta gagal di Istanbul. Acara peringatan, yang dikenal sebagai “Demokrasi dan Pertemuan Hari Kesatuan Nasional,” diadakan di “Jembatan Martir 15 Juli” di mana 34 orang tewas dalam bentrokan antara warga sipil dan tentara pada 15 Juli malam.
Orang-orang membawa bendera Turki, meneriakkan slogan-slogan seperti, “para martir tidak mati, negara tidak terbagi” dan “setiap orang Turki dilahirkan sebagai seorang prajurit.”
Acara peringatan juga dilakukan di berbagai tempat.
Kedutaan Besar Turki di Washington, Amerika Serikat, mengadakan upacara untuk menandai kudeta yang digagalkan pada 2016, yang diatur oleh Organisasi Teror Fetullah (FETO).
Acara dimulai dengan satu menit doa bersama untuk menghormati para korban dari kudeta yang kalah 15 Juli, diikuti dengan menyanyikan lagu kebangsaan Turki.
Dalam pidato pembukaannya, Duta Besar Turki untuk AS Serdar Kilic mengatakan demokrasi Turki, ketertiban konstitusional dan pemimpin yang dipilih secara demokratis berada di bawah “serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya oleh kelompok keji [FETO]” pada malam percobaan kudeta.
Sementara di Turki, masjid-masjid mengumandangkan doa untuk mengenang para martir pada dan seruan persatuan nasional.
Baca: Turki Lakukan Penangkapan Puluhan Kolonel Terkait Gulen
Sekitar 90 ribu masjid di seluruh Turki berdoa untuk persatuan nasional dan untuk mengenang para martir pada pukul 00.13 waktu setempat (2113GMT).
Berbicara di hadapan publik dalam peringatan yang diadakan di Jembatan Martir 15 Juli di Istanbul, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan berujar, “Hari ini, kita merasakan kesedihan yang dalam dan rasa bangga yang membuncah di hati kita di saat yang bersamaan.”
Memuji keberanian dan perlawanan masyarakat Turki pada malam kudeta terjadi, dia berkata, “Kemenangan ini adalah hasil dari keberanian para martir dan veteran yang berani menghadapi tank dan pesawat-pesawat,” ujarnya dikutip Anadolu Agency hari Senin, (16/07/2018).
Erdogan juga menyebut usaha kudeta pada 15 Juli tersebut sebagai “kebangkitan bangsa Turki” dan “sebuah perjuangan demokrasi.”
“15 Juli tidak akan pernah kita lupakan,” ujar dia. “Kita tidak akan melupakan mereka yang mendoakan kita dan mereka yang membantu FETO.”
Erdogan juga menyebut kelompok teror tersebut seperti “gurita”.
Baca: Tokoh Kunci Kudeta Militer Turki Bersaksi untuk Mendapat Keadilan
Merujuk pada perlawanan seluruh negeri terhadap kelompok itu, dia menyatakan, “Kita telah memutus tentakel-tentakel gurita itu.”
“Dalam dua tahun terakhir, kita telah melumpuhkan semua struktur organisasi tersebut di dalam negeri, komunitas bisnis, birokrasi, perdagangan, media dan aktivitas sipil mereka dalam skala besar.”
“Para pembunuh yang menembak warga negara kita pada malam itu mendapatkan hukuman paling berat,” ujar Presiden, sambil bersumpah akan terus melanjutkan perjuangan mereka melawan kelompok teror tersebut.
Sebuah museum kini dibangun di dekat Jembatan Martir 15 Juli sebagai penghormatan kepada para martir, lanjut Erdogan.
Anadolu Agency menyiarkan gambar-gambar yang diambil secara langsung dari markas FETO di Negara Bagian Pennsylvania, AS.
Sebanyak 250 orang tewas di seluruh negeri dalam kudeta yang hanya berlabgsung selama beberapa jam itu dan nyaris 2.200 lainnya luka-luka. Kudeta tersebut gagal setelah warga Turki bersatu melawan kaum puthist atas seruan Erdogan.
Ankara menuduh Fethullah Gulen, yang saat ini tinggal di Amerika Serikat (AS) dan jaringannya sebagai pihak yang bertanggung jawab atas upaya kudeta. Sejak kudeta, Turki terus mendorong AS mengekstradisi Gullen.*/Nashirul Haq AR