Hidayatullah.com—Sejumlah aksi unjuk rasa anti pemerintah terjadi di sejumlah kota di Iran sepanjang lima hari terakhir, jelang pemberlakukan kembali sanksi ekonomi dari Amerika Serikat (AS). Demikian informasi media Iran, Sabtu (04/08/2018).
“Ratusan orang turun ke jalanan di Ibu Kota Tehran, Karaj, Shiraj, dan Qom, untuk menyuarakan protes terhadap melonjaknya harga-harga yang disebabkan oleh anjloknya nilai mata uang rial akibat kekhawatiran pasar terhadap sanksi dari Washington DC pada 7 Agustus mendatang,” demikian ditulis media di Iran.
Tak hanya tulisan berita, video-video dari aksi unjuk rasa terhadap tingginya inflasi itu diunggah di media sosial.
Sebelumnya pada Mei lalu, AS menarik diri dari perjanjian nuklir internasional dengan Tehran yang ditandatangani pada 2015. Dalam kesepakatan itu, sanksi ekonomi untuk Tehran akan dicabut dengan syarat Iran menghentikan program nuklirnya.
Baca: Iran Diguncang Demontrasi Anti Pemerintah dan Anti Mullah
Namun Washington DC kini memutuskan untuk memberlakukan kembali sanksi-sanksi tersebut dan meminta negara lain untuk berhenti mengimpor minyak dari Iran mulai 4 November mendatang, jika tidak ingin terkena sanksi keuangan AS.
Unjuk rasa di Iran dimulai dengan slogan-sogan antikenaikan harga dan antikorupsi lalu berkembang menjadi isu anti pemerintah.
Sejumlah gambar di media sosial menunjukkan puluhan demonstran di pusat Tehran meneriakkan slogan “kematian untuk diktator”, yang merujuk pada pemimpin spiritual Iran, Ayatollah Ali Khamenei.
Pada Jumat (03/08/2018) malam, video memperlihatkan pasukan polisi antihuru-hara membubarkan sekitar 500 orang yang meneriakkan slogan perlawanan terhadap pemerintah di Kota Eshtehard, sekitar 100 kilometer sebelah barat Tehran.
“Beberapa pengunjuk rasa melempar batu dan merusak sebuah sekolah Syiah,” demikian dilaporkan kantor berita Fars.
Baca: Ribuan Demonstran Iran: “Kami Tidak Menyembah Tuhan Orang Arab”
Sementara itu Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat dalam akun Twitter berbahasa Persia-nya menulis, meski semuanya bergantung pada rakyat Iran untuk menentukan masa depan negaranya, tapi Washington mendukung suara rakyat Iran yang telah diabaikan dalam waktu lama.
Pada 7 Agustus 2018 nanti, Washington akan memberlakukan larangan pembelian dolar oleh Iran, memblokade perdagangan emas dan bahan tambang negara tersebut, serta sejumlah industri terkait lainnya.
Selain itu larangan impor karpet, makanan, dan transaksi finansial dari Iran juga akan diberlakukan kembali oleh Amerika Serikat. Ekspor minyak Iran diperkirakan akan jatuh sebanyak lebih dari 70 persen pada akhir tahun akibat sanksi Amerika Serikat, sehingga suplai minyak dunia dikhawatirkan akan mengalami kelangkaan.*