Hidayatullah.com--Kematian seorang pria Jerman memicu aksi protes spontan yang digelar oleh kelompok-kelompok kanan jauh yang dikenal dengan sikap xenofobianya.
Sebuah festival jalanan di kota Chemnitz, bagian timur Jerman, hari Ahad (26/8/2018) terpaksa dibatalkan beberapa jam sebelum resmi berakhir, setelah 800 orang turun ke jalan memprotes kematian seorang pria berusia 35 tahun.
Korban, yang katanya asli Jerman, ditikam saat terjadi perkelahian yang melibatkan 10 orang, beberapa di antaranya berasal dari “beragam suku bangsa,” kata sumber kepolisian seperti dilansir DW.
Baku hantam itu terjadi sekitar pukul 3 pagi waktu setempat hari Ahad, setelah penutupan festival hari Sabtu malam. Perkelahian didahului dengan adu mulut. Selain satu korban yang tewas itu, dua pria lain berusia 30-an tahun juga ditikam dan sekarang dalam kondisi kritis.
Sementara itu BBC melaporkan bahwa korban tewas adalah seorang tukang kayu bernama Daniel H, yang beribukan wanita Jerman dan berayahkan lelaki asal Kuba.
Polisi dalam aksi baku hantam itu menangkap dua orang laki-laki, satu asal Suriah berusia 23 tahun dan satunya asal Iraq berusia 22 tahun.
Polisi membantah rumor di media sosial yang menyebutkan bahwa perkelahian itu berkaitan dengan kasus pelecehan seksual.
Ahad siang polisi kewalahan menertibkan aksi unjuk rasa ratusan orang, yang juga diikuti oleh kelompok-kelompok kanan-jauh yang dikenal anti terhadap pendatang asing. Pihak berwenang mengatakan mereka umumnya tidak kooperatif dan melemparkan botol-botol minuman ke arah petugas. Tidak sanggup mengatasi massa yang rusuh itu, polisi meminta bantuan dari daerah tetangga Dresden dan Leipzig, lapor DW.
Menurut laporan AFP, unjuk rasa awalnya hanya diikuti oleh sekitar 100 orang saja dan berlangsung tanpa insiden apapun.
Namun kemudian, sekitar 800 orang berkumpul di monumen Karl Marx, yang menjadi titik pusat kota Chemnitz. Monumen tersebut menjadi simbol kota sosialis di Republik Demokratik Jerman (Jerman Timur), ketika monumennya diganti nama menjadi Karl-Marx-Stadt.
Jurnalis lepas Johannes Grunert mengatakan kepada Spiegel Online bahwa dia menyaksikan sejumlah pengunjuk rasa menggunakan botol-botol untuk menyerang “orang-orang yang tidak berwajah Jerman.”
Pegida, gerakan kanan-jauh yang dikenal anti-Islam dan antimigran, menyeru agar hari Senin sore dilakukan unjuk rasa lagi.
Sementara pada hari Ahad (26/8/2018) malam, politisi Markus Frohnmaier dari AfD –parpol yang beraliran sama dengan Pegida– memanas-manasi publik dengan cuitan di Twitter, “Jika negara tidak lagi dapat melindungi warganya, maka rakyat akan turun ke jalan-jalan dan melindungi diri mereka sendiri. Sederhana saja!”
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
“Hari ini adalah kewajiban warga negara untuk menghentikan ‘migrasi pisau’ mematikan!” ujarnya, merujuk gelombang arus migran dan pengungsi yang beberapa tahun terakhir membanjiri Jerman. “Peristiwa itu bisa saja menimpa ayah kalian, putra atau saudara lelaki kalian!” imbuhnya.
Polisi melaporkan hari Senin malam (27/8/2018) kelompok kanan-jauh berkumpul di monumen Karl Marx, sementara ucapan belasungkawa dan karangan bunga serta lilin memenuhi lokasi sekitar insiden penusukan tersebut, lansir BBC. Di kerumunan kanan-jauh tampak sebagian orang saling memberikan salam dengan salut tangan ke atas seperti yang biasa dilakukan Hitler. Para pengunjuk rasa itu juga terlihat membawa tulisan berbunyi, “Hentikan banjir pencari suaka.”*