Hidayatullah.com–Nilai kontrak Uni Emirat Arab (UEA) dengan perusahaan ‘Israel’ dalam tindakan mata-mata terhadap Emir Qatar Tamim bin Hamad Al Thani, Perdana Menteri Libanon Saad Hariri dan Pangeran Saudi, pada Agustus 2013 diperkirakan bernilai sekitar 18 juta USD.
“NSO Group dan afiliasinya hanya dapat menjual itu kepada Emirat dengan persetujuan kementrian pertahanan ‘Israel’,” The New York Times melaporkan baru-baru ini.
Perangkat lunak itu kemudian diperbaharui pada tahun selanjutnya dengan biaya $11 juta, menurut informasi yang The New York Times dapatkan melalui bocoran faktur dan email tentang dua tuntutan hukum yang dilayangkan di Cyprus dan ‘Israel’ kepada NSO Group.
Tuntutan hukum itu menuduh perusaahan ‘Israel’ ikut serta dalam melakukan tindakan mata-mata ilegal. Itu dilayangkan oleh “seorang warga negara Qatar dan jurnalis dan aktivis Meksika yang menjadi target perangkat mata-mata perusahaan tersebut,” menurut The New York Times.
Ketika UEA ditawarkan pembaharuan, pemerintah ingin mengujicoba sebelum membelinya.
Baca: UEA Terbukti Sewa Perusahaan Zionis Retas Telepon Emir Qatar
Untuk mengesankan klien Emiratnya, perusahaan ‘Israel’ tersebut merekan dua panggilan telepon yang dilakukan oleh jurnalis Saud, Abdulaziz Alkhamis, dan mengirim datanya pada pemerintah Emirat. Alkhamis menegaskan pada The New York Times bahwa panggilan telepon itu benar-benar terjadi dan dia tidak sadar sedang diawasi.
Menarget aktivis hak asasi manusia
Amnesti Internasional menyatakan pada Agustus bahwa salah satu pekerjanya telah menjadi target Pegasus dalam upaya memata-matai kelompok HAM itu.
Anggota staf tersebut telah menerima sebuah pesan Whastapp yang memuat tentang protes untuk mendukung para tahanan politik yang ditahan Arab Saudi. Amnesti Internasional menyatakan bahwa itu “jelas-jelas upaya memancing kolega kami mengklik tautan yang dikirim.”
Nama domain dalam pesan itu milik “sebuah infrastruktur jaringan besar yang sebelumnya telah tercatat berhubungan dengan pemasok perangkat mata-mata ‘Israel’, NSO Group,” tambah Amnesti Internasional.
Kelompok pembela HAM dan beberapa kelompok lain di Panama, Meksiko dan Uni Emirat Arab telah menjadi target perangkat mata-mata ‘Israel’ yang sama, penyelidikan oleh Citizen Lab dari Universitas Toronto mengungkapkan.
Amnesti Internasional mengindentifikasi seorang pembela HAM lain di Arab Saudi juga menjadi target.
Diantara mereka yang menjadi target perangkat mata-mata itu, menurut Citizen Lab, ialah advokat HAM UAE Ahmed Mansoor, pada 2016.
Mansoor dijatuhi hukuman 10 tahun penjara karena postingannya di sosial media pada Mei.
Sebagaimana diketahui, The New York Times baru-baru ini mengungkap kejahatan siber Uni Emirat Arab (UEA) yang menyewa perusahaan Teknologi ‘Israel’ dalam upayanya memata-matai Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani, Perdana Menteri Libanon Saad Hariri dan pangeran Saudi, lapor The New York Times.
Aksi mata-mata itu menggunakan software (perangkat lunak) bernama Pegasus, digunakan oleh perusahaan perang cyber ‘Israel’ NSO Group yang biasa dijual kepada pemerintah.
Teknologi ‘Israel’ tersebut meretas smartphones dengan mengirimkan perangkat yang menjadi target sebuah pesan menarik yang berisi tautan. Jika penerima mengklik tautan itu, sistem akan menginstall software yang dapat mengirim sejumlah data yang mengejutkan dan tidak terdeteksi kepada mereka yang memata-matai.
Data yang dapat diperoleh melalui Pegasus termasuk lokasi, rekaman, tangkapan layar, email dan pesan, password dan foto-foto.
The New York Times tidak mengatakan apakah upaya UEA untuk memata-matai para pemimpin negara rival berhasil atau mengenai informasi apa yang didapatkan.
Pertukaran teknologi mata-mata antara Uni Emirat Arab dan ‘Israel’ adalah sebuah mata rantai dalam rantai kolaborasi berkelanjutan yang dimulai pada tahun 1990-an. Kolaborasi itu telah terjadi meskipun UEA dan ‘Israel’ tidak memiliki hubungan diplomatik resmi.*/Nashirul Haq AR