Hidayatullah.com—Kehadiran lebih 100 perempuan Iran yang diizinkan memasuki Stadion Azadi, di Teheran menyaksikan langsung tim nasional sepak bolanya berlaga persahabatan melawan Bolivia, Selasa (16/10/2018) sebagai sebuah kemenangan perempuan Iran yang selama ini dilarang di acara olah raga pria.
Pemandangan perempuan terang-terangan masuk stadion ini dinilai langka sejak Revolusi Iran tahun 1979. Setelah revolusi yang disusul berdirinya Republik Iran setahun kemudian, perempuan dilarang masuk stadion untuk menyaksikan pertandingan. Penguasa berargumen, perempuan harus dilindungi dari suasana maskulin.
Namun seorang pejabat pengadilan dengan cepat mengecam kehadiran perempuan Iran di stadion, mengatakan hal itu adalah sebuah dosa karena menonton pria “setengah telanjang” bermain sepak bola.
Ketua Jaksa Penuntut Iran Mohammad Jafar Montazeri memberi pernyataan melarang perempuan yang datang ke stadion menonton pertandingan sepak bola, menanggapi perempuan yang datang ke Stadion Azadi Teheran saat Iran melawan Bolivia hari Selasa.
Dikutip Radio Free Europe (RFE) Kamis (17/10/2018), Montazeri mengancam bakal mengambil tindakan jika perempuan masih diperkenankan datang ke stadion.
“Kehadiran perempuan di stadion berbahaya dan tidak ada pembenaran agama, ” ujar Montazeri dikutip media Mehr.
Baca: Hore! Wanita Iran Kegirangan Boleh Masuk Nobar Piala Dunia 2018
“Ketika perempuan datang ke stadion dan melihat pria setengah telanjang, jelas itu merupakan sebuah dosa,” tambahnya.
Dia melanjutkan, untuk langkah awal otoritas berwajib bakal memberi nasihat sekaligus peringatan. Jika diulangi, baru diambil tindakan.
Kalangan konservatif mengklaim perempuan dilarang ke stadion dikarenakan para penonton maupun pemain kerap berkata kasar, dan sering melepas kausnya.
Hari Selasa, sekitar 100 perempuan bisa langsung menyemangati timnasnya dari tribun di dalam Stadion Azadi. Mereka bersorak, mengibar-kibarkan bendera, dan membunyikan terompet.
‘’Perempuan diizinkan memasuki Stadion Azadi malam ini, termasuk anggota keluarga para anggota timnas, timnas sepak bola dan futsal perempuan, pekerja perempuan federasi sepak bola, serta tentu beberapa fans perempuan,” lapor situs olahraga Varzesh3 sebelum laga seperti dikutip AFP.
Larangan perempuan Iran menyaksikan langsung laga sepak bola di stadion kerap dikritik di lintas spektrum politik. Pelonggaran pun mulai muncul pada September 2017 ketika sejumlah perempuan anggota parlemen diundang menyaksikan langsung timnas sepak bolanya berlaga Kualifikasi Piala Dunia 2018 kontra Suriah. Setidaknya satu perempuan anggota parlemen mengonfirmasi hadir.
Ketika Iran memastikan lolos serta berlaga di putaran final Piala Dunia 2018 Rusia, saat laga kontra Portugal pada 25 Juni lalu, perempuan diizinkan memasuki Stadion Azadi yang berkapasitas 100 ribu tempat duduk. Mereka menyaksikan tayangan langsung melalui layar raksasa laga timnasnya melawan Cristiano Ronaldo dkk.
Sebelumnya, Pimpinan Garda Revolusi Iran Abdullah Hajj Sadeqi sempat membuat publik terkejut ketika menempatkan penjaga untuk melarang perempuan masuk stadion.
Baca: Di Iran, Ingin Nonton Bola Voli Pria, Wanita Dijebloskan ke Bui
Dia beralasan, jika hal ini dibiarkan, maka ada peluang di masa depan di mana perempuan bisa duduk berbaur dengan pria saat menonton.
“Kami tidak boleh kehilangan iman kami dan tentu saja, kami harus khawatir dengan perkembangan perilaku sosial saat ini,” ujar Sadeqi dilansir Al Arabiya.
Teheran memutuskan memperbolehkan 150 orang perempuan menonton pertandingan berdasarkan permintaan induk organisasi sepak bola dunia (FIFA).
“Tentu kami tidak bisa mengambil risiko mendapat hukuman hanya karena tak mengizinkan wanita masuk,” ujar Penasihat Kebudayaan Federasi Sepak Bola Iran Gholam Hussein Zanam Abadi.
Selama laga berlangsung, aparat keamanan melarang awak media memotret kelompok tersebut. Namun, foto fans putri itu telah menyebar ke media sosial.
Adapun tim nasional Iran memenangkan pertandingan uji coba melawan Bolivia dengan skor 2-1.
Baca: Selfie dengan Penggemar Wanita, Pesepakbola Iran Dihujani Ancaman
Beragam tanggapan mengomentari hadirnya perempuan Iran di stadion.
“Satu Langkah Maju” begitu judul di halaman depan harian reformis Etemad, yang menampilkan gambar seorang wanita yang berdiri di stadion memegang bendera Iran. Sementara judul di halaman depan surat kabar Sharq Daily , “Kebebasan menyambut wanita Iran.”
Mantan gelandang FC Bayern Munich Ali Karimi telah menambahkan suara-Nya kepada orang-orang yang menyerukan perempuan Iran untuk diizinkan masuk ke acara olahraga utama.
Bintang-bintang sepak bola Iran juga menyerukan panggilan untuk mengakhiri larangan penonton perempuan.
Harian olahraga Iran-Varzeshi dan Khabar-Varzeshi juga Menamampilkan gambar wanita di halaman depan mereka dengan judul yang membaca,“Wanita mencapai Kebebasan” atau “Wanita dalam Kebebasan.”*