Hidayatullah.com–Pimpinan baru Akademi Kepolisian Berlin mengatakan bahwa taruna polisi harus menutup buku teks bahasa Inggrisnya dan lebih fokus mempelajari bahasa Jerman.
Kepala Akademi Kepolisian Berlin Tanja Knapp, hari Senin (26/11/2018), mengatakan bahwa sekolah pelatihan kepolisian harus memberikan instruksi lebih banyak dengan menggunakan bahasa Jerman dan mengurangi penggunaan bahasa Inggris, lansir DW.
Berbicara di hadapan Senat Berlin, Knapp mengatakan bahwa perubahan fokus itu perlu dilakukan guna meningkatkan kemampuan berbahasa Jerman taruna polisi.
Banyak taruna polisi yang menemui “kesulitan mendasar dalam berbahasa … termasuk ejaan yang benar, tanda baca yang benar, serta dalam membuat teks tertulis,” kata Knapp.
“Tentu saja, masuk akal jika harus bisa berbahasa Inggris di ibukota yang banyak dikunjungi turis,” imbuh Knapp. “Namun, jika tingkat kemampuan dasar bahasa Jerman yang diharus dipenuhi terlalu rendah, maka fokusnya harus pada bahasa Jerman.”
Akademi Kepolisian Berlin mendidik sekitar 2.500 taruna, yang diajar oleh sekitar 230 instruktur. Tidak sedikit di kalangan taruna yang merupakan keturunan asing, dan tingkat pendidikan menengah yang mereka capai sangat beragam.
Knapp memgambil alih kepemimpinan akademi itu sejak Juli 2017. Pendahulunya digusur dari jabatan kepala akpol menyusul laporan yang menyebutkan bahwa banyak taruna yang kemampuan berbahasa Jermannya rendah.
Peran bahasa Inggris di Berlin masuk ke ranah politik sejak Agustus 2017. Menteri Kesehatan Jerman saat ini, Jens Spahn, yang digadang-gadang akan menggantikan Kanselir Jerman Angela Merkel sebagai ketua Partai Kristen Demokrat, pernah mengatakan bahwa bahasa Inggris yang banyak dipakai di ibukota Berlin telah menggeser bahasa Jerman menjadi bahasa kedua.*