Hidayatullah.com—Populasi negeri China akan mencapai puncaknya pada 1,44 miliar pada tahun 2029 sebelum memasuki periode penurunan yang “tak terhentikan”, kata laporan pemerintah.
Dilansir BBC Sabtu (5/1/2019), hasil studi China Academy of Social Sciences (CASS) mengatakan negara itu harus mengimplementasikan kebijakan untuk menangani jumlah tenaga kerja yang lebih sedikit dan populasi yang menua.
Kombinasi dari perubahan-perubahan itu dapat mengakibatkan “konsekuensi sosial dan ekonomi yang sangat tidak mengenakkan,” kata laporan itu.
Perkiraan terbaru Perserikatan Bangsa-Bangsa menyebutkan bahwa pada awal 2019 populasi mencapai 1,41 miliar.
Pada tahun 2015, negara berpenduduk paling banyak di dunia itu mengakhiri kebijakan satu keluarga satu anak guna mengatasi masalah-masalah kependudukan tersebut.
Laporan CASS terbaru itu dituangkan dalam Green Book of Population and Labour.
Apabila tingkat fertilitas tetap rendah, populasi bisa menurun menjadi 1,17 miliar pada tahun 2065.
Studi itu juga memprediksikan kenaikan tingkat dependensi, artinya jumlah orang non-pekerja seperti manula dan anak-anak lebih banyak dibanding pekerja.
Masih menurut laporan itu, meskipun pelonggaran kebijakan satu anak akan bermanfaat pada jangka panjang, dalam jangka pendek kebijakan itu akan meningkatkan dependensi.
Prakiraan sebelumnya mengatakan populasi manula China dapat menyentuh angka 400 juta pada tahun 2035, naik dari 240 juta pada tahun 2017.*