Hidayatullah.com–Rangkaian serangan udara Prancis menarget kelompok teroris dan tentara bayaran dari Libya, kata Menteri Pertahanan Chad kepada RFI hari Senin (4/2/2019).
Jet-jet tempur Mirage Prancis –yang ditempatkan di pangkalan N’Djamena– dan tentara Chad hari Ahad malam melakukan operasi bersama, menurut pernyataan yang dirilis militer Prancis. Serangan udara itu menarget konvoi 40 mobil pickup dan satu kelompok bersenjata. Kawanan itu berangkat dari Libya dan berusaha masuk jauh ke dalam wilayah Chad.
Pernyataan dari Kementerian Pertahanan Prancis menyebutkan, awalnya jet-jet tempur Prancis hanya melakukan aksi “unjuk kekuatan” dan terbang rendah guna menghalau konvoi itu. Namun, rombongan bersenjata itu rupanya tidak gentar dengan peringatan tersebut dan Angkatan Udara Prancis melancarkan dua serangan udara.
Menhan Chad kepada RFI mengatakan, konvoi itu adalah tentara bayaran dan teroris dari Libya, termasuk kelompok yang berkaitan dengan Al-Qaeda, yang masuk ke wilayah Chad untuk mengganggu kestabilan negara itu.
“Prancis membantu kami menetralisir kawanan itu yang sudah dihancurkan dengan pesawat militer kami,” kata Daoud Yaya, pimpinan angkatan bersenjata Chad. “… Kami memiliki kerja sama bilateral dengan Prancis dan Prancis turun tangan, mereka membantu kami memhentikan kawanan itu,” imbuhnya.
Akan tetapi, Union Forces of Resistance (UFR), salah satu kelompok pemberontak Chad, kepada RFI mengatakan bahwa pemerintah Prancis seharusnya berhenti ikut campur dalam “masalah internal” Chad. UFR mengklaim serangan udara itu menarget anggotanya.
“Saya melihatnya sebagai tindakan permusuhan terhadap rakyat Chad … menurut kami ini adalah masalah internal,” kata Youssouf Hamid, jubir kelompok pemberontak UFR.
Hamid membantah UFR berada di bagian selatan Libya. Dia mengatakan kelompok itu berada di perbatasan Chad-Libya, bukan di wilayah Libya.
Menurut Hamid, dua kendaraan mereka rusak dan sejumlah anggotanya terluka akibat serangan udara hari Ahad (3/2/2019) malam itu.
“Kalau mereka bilang itu operasi bersama, bersama dalam arti apa? Apa pilot-pilot Chad yang menerbangkan pesawat-pesawat itu? Bukan. Pilotnya orang Prancis dan pesawatnya milik Prancis,” kata Hamid kepada RFI dalam wawancara lewat telepon. “Ini tak bisa diterima. Prancis harus mengkaji ulang posisinya.”
UFR dibentuk pada Januari 2009 oleh 8 kelompok pemberontak yang menentang Presiden Chad Idriss Deby, yang naik ke puncak kekuasaan setelah mendepak bekas bosnya Hissene Habre.*