Hidayatullah.com—Para pendukung WikiLeaks dan Julian Assange berusaha membuat suara mereka didengar, meskipun banyak institusi berupaya membungkam mereka, setelah muncul laporan bahwa pendiri situs WikiLeaks itu akan diusir dari Kedutaan Besar Ekuador di London dalam hitungan jam atau hari.
Dilansir RT Jumat (5/4/2019), tampak sejumlah pendukung jurnalis asal Australia itu berkumpul di depan Kedubes Ekuador dengan membawa beberapa spanduk. Terlihat pula tulisan dari lampu LED berbunyi, “NO EXPULSION” di trotoar di depan gedung kedutaan, sementara banyak kamera ditempatkan di seberang jalan.
WikiLeaks menginformasikan kepada publik soal Assange yang akan diusir dalam hitungan jam atau hari, mengutip sumber tingkat tinggi Ekuador hari Kamis (4/4/2019). Sumber tersebut mengkonfirmasi bahwa Assange akan diusir dengan menggunakan alasan INA Papers, yang mengimplikasikan Presiden Ekuador Lenin Moreno dan keluarganya melakukan korupsi besar-besaran.
Meskipun WikiLeaks tidak memuat INA Papers di website-nya, Moreno menyalahkan situs online pembongkar segala macam rahasia itu dan Assange yang menyebabkan dia dan keluarganya dicurigai rakyat Ekuador dan diperiksa aparat hukum
Keterangan dari sumber kedutaan itu kemudian dikonfirmasi oleh sebuah sumber dari pemerintah Ekuador.
Assange diberikan kewarganegaraan Ekuador pada Januari 2018, setelah mengajukan suaka di Kedubes Ekuador di London pada Juni 2012, yang sejak itu hingga sekarang menjadi tempat tinggal jurnalis yang juga programmer itu. Assange mencari perlindungan ke Ekuador karena dia diburu oleh aparat Swedia dengan tuduhan pemerkosaan. Assange bersikukuh membantah tuduhan itu dengan mengatakan bahwa hubungan seksual yang terjadi merupakan suka sama suka, hingga akhirnya Swedia membatalkan dakwaan karena kasusnya kadaluarsa menurut undang-undang. Assange menyebut tuduhan itu sebagai alasan Swedia untuk menangkap dan mengekstradisinya ke Amerika Serikat atas permintaan Washington.
Setelah Swedia gagal menangkapnya, Amerika Serikat berusahan menekan Ekuador agar menyerahkan dan membatalkan suaka Assange, termasuk dengan menghentikan bantuan bernilai jutaan dolar kepada negara Amerika Selatan itu.
Amerika Serikat memburu Julian Assange terkait pemuatan di situs WikiLeaks ratusan ribu dokumen rahasia milik pemerintah dan militer AS yang didapatnya dari Bradley Manning (sekarang menjadi transgender dengan nama Chelsea Manning).
WikiLeaks sudah memuat “buku putih” perihal setiap pemerintah yang termuat dalam INA Papers dan membantah prasangka yang mengkaitkan nasib buruk yang menimpa Moreno di negerinya dengan tindakan apapun yang dilakukan Assange. WikiLeaks menunjuk pernyataan Fidel Navarez, mantan konsul Ekuador di London, yang pernah mengatakan bahwa Presiden Moreno semata-mata “membuat alasan palsu” supaya dapat mengakhiri suaka yang diberikan negaranya kepada Assange dan tunduk kepada tekanan Amerika Serikat.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Sejumlah tokoh, seperti Kim Dotcom dan jurnalis investigasi John Pilger, lewat Twitter menyeru agar para pendukung WikiLeaks dan Assange di London terus memantau keadaan dan berunjuk rasa di Kedubes Ekuador.
Sebagian pengguna Twitter menyinggung sikap munafik Amerika Serikat, Inggris dan Australia, yang tidak memburu para pejabat korup di negara mereka sendiri dan justru mengejar seorang Assange yang “dosanya” hanya menyuarakan “fakta dan kebenaran” lewat WikiLeaks.*