Hidayatullah.com–Para pengunjuk rasa pro-Uni Eropa turun ke jalan di kota London guna menentang pemilihan Boris Johnson sebagai perdana menteri Inggris yang baru.
Johnson difavoritkan terpilih sebagai ketua Partai Konservatif (Tory), menggantikan Theresa May yang telah mengumumkan pengunduran dirinya. Sebagai ketua partai, Johnson akan otomatis menjadi perdana menteri.
Johnson berjanji akan menuntaskan proses Brexit pada 31 Oktober, meskipun apabila tidak ada perjanjian yang disepakati dengan Brussels.
Sedangkan rivalnya, Jeremy Hunt yang sekarang menjabat menteri luar negeri, menolak mengatakan Inggris akan keluar dari Uni Eropa pada 31 Oktober tahun ini, tetapi dia “berharap” Brexit tuntas sebelum Natal.
Unjuk rasa hari Sabtu (20/7/2019) yang diberi tajuk “March for Change” itu digelar oleh koalisi kelompok-kelompok penekan pro-UE dan pro-referendum kedua, lapor Euronews.
Unjuk rasa secara jelas meminta pemerintah Inggris membatalkan Article 50 dan mempertahankan keanggotaan Inggris di Uni Eropa. Unjuk rasa itu bertolak belakang dengan aksi-aksi sebelumnya, yang menuntut dilakukannya referendum kedua tentang apakah menerima atau menolak kesepakatan yang dibuat PM May dengan Uni Eropa, mencabut Article 50 atau hengkang tanpa perjanjian apapun.
Office for Budget Responsibility mengatakan bahwa Inggris kemungkinan sudah memasuki resesi, dan Brexit tanpa kesepakatan dengan Uni Eropa berarti akan menambah beban defisit anggaran lebih dari dua kali lipat pada tahun 2020, dengan tambahan utang negara £30miliar.
Aksi unjuk rasa itu dimeriahkan dengan kehadiran boneka balon yang diumpamakan sebagai Boris Johnson anak-anak. Mirip dengan boneka Donald Trump yang selalu diusung pengunjuk rasa sebagai sindiran keras terhadap presiden Amerika Serikat yang pemarah dan kekanak-kanakan itu ketika berkunjung ke Inggris.*