Hidayatullah.com–Perselisihan di antara anak-anak mendiang perdana menteri Singapura Lee Kuan Yew kembali mencuat ke publik. Apa sebenarnya yang diributkan keturunan perdana menteri pertama Singapura yang disegani tersebut?
Percekcokan berputar di sekitar apa yang akan dilakukan terhadap rumah mendiang ayah mereka yang terletak di Oxley Road Nomor 38, dihancurkan atau mempersilahkan pemerintah Singapura mengubahnya menjadi situs warisan sejarah, lapor Reuters Senin (29/7/2019).
Di satu kubu, ada putra tertua Lee Kuan Yew yang saat ini menjabat perdana menteri Singapura yaitu Lee Hsien Loong yang berusia 67 tahun. Anak tertua Lee Kuan Yew itu berpendapat bahwa pemerintah yang seharusnya memutuskan mau diapakan rumah tersebut.
Di kubu lain ada adik-adiknya yang terdiri dari anak perempuan Lee Kuan Yew bernama Lee Wei Ling, dan putra bungsunya bernama Lee Hsien Yang. Mereka ini ingin memenuhi wasiat mendiang ayahnya yang menyebutkan bahwa usai kematiannya rumah tersebut dihancurkan. Mereka menuding PM Lee ingin melestarikan bangunan rumah tersebut supaya bisa menjadi modal politik baginya.
“Popularitasnya (sebagai politisi) sangat bergantung dengan legasi nama beser Lee Kuan Yew,” kata keduanya dalam sebuah pernyataan di tahun 2017.
PM Lee mengatakan ayahnya bersedia mempertimbangkan sejumlah alternatif untuk properti itu jika pemerintah memutuskan untuk mengambil alih tempat itu secara resmi dan dia sendiri menarik diri ketika pemerintah mendiskusikan masalah tersebut.
Dengan akan digelarnya pemilu dalam tahun-tahun mendatang, perselisihan keluarga itu kini merambah ke arena politik.
Hsien Yang secara terbuka sudah menyatakan mendukung sebuah partai oposisi dengan mengatakan bahwa Partai Aksi Rakyat (PAP), yang sekarang dipimpin oleh abangnya dan dulu didirikan oleh mendiang ayahnya, sudah “kehilangan arah”.
Lee Kuan Yew, populer dengan sebutan LKY, pindah ke rumah berkamar lima itu pada tahun 1945. Dia memimpin Singapura selama 30 tahun dan di rumah itulah PAP, yang menguasai pemerintahan sejak kemerdekaan, dibentuk.
Sebuah panel pemerintah yang dibentuk untuk memutuskan nasib rumah itu –dipimpin oleh Teo Chee Hean yang kala itu menjabat wakil PM– pada tahun 2018 dalam sebuah laporannya mengatakan bahwa pemerintah di masa mendatang yang harus membuat keputusan akhir. Panel itu memberikan tiga pilihan: melestarikan seluruh bagian rumah sebagai monumen nasional, melestarikan sebagiannya saja, atau menghancurkannya.
Agen-agen properti menaksir nilai rumah tersebut pada tahun 2017 sekitar S$24 juta ($17 juta).
Pihak keluarga bersikukuh perselisihan di antara mereka terkait rumah itu bukan karena uang.
Lantas siapa pemilik rumah itu sekarang?
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Rumah bersejarah itu adalah milik putra bungsu Lee Kuan Yew, Hsien Yang. Meskipun demikian, putri Lee Kuan Yew yang tidak menikah, Wei Ling, tinggal di sana. Tidak ada yang bisa dilakukan sampai wanita itu memilih untuk keluar dari rumah tersebut.
PM Lee mengatakan bahwa dulu ayahnya mewariskan rumah tersebut kepadanya, dan kemudian dijual kepada Hsien Yang sesuai dengan harga pasar. Uang hasil penjualannya diserahkan ke lembaga amal.
Dalam wasiatnya LKY, yang wafat pada tahun 2015, menyatakan secara terbuka bahwa dia ingin agar rumah tersebut dihancurkan, sebab dia tidak suka jika turis mendatangi kediamannya itu sebagai tempat wisata, dan butuh dana banyak untuk melestarikannya.
Dia juga mengatakan di dalam surat wasiatnya bahwa jika hal itu tidak dapat dilakukan, dia ingin rumah itu tertutup bagi semua orang, kecuali keluarga dan keturunannya.*