Hidayatullah.com—Tiga orang dokter Kongo telah ditangkap Republik Demokratik Kongo (DRC) berkaitan dengan pembunuhan seorang tenaga medis Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), kata jaksa militer.
Dokter asal Kamerun yang dipekerjakan WHO, Richard Mouzoko, ditembak mati pada bulan April di sebuah rumah sakit di Butembo di mana dia sedang menangani pasien-pasien Ebola.
Dokter yang sangat bersemangat dalam menjalankan tugasnya itu selalu siap pergi ke mana saja di mana ada orang yang membutuhkan pertolongannya, kata WHO dalam sebuah pernyataan penghargaan untuk Mouzoko.
Motif serangan terhadap dokter asal Kamerun itu belum diketahui pasti, lansir BBC Kamis (8/8/2019).
Lebih dari 1.800 orang telah meninggal dunia akibat virus Ebola tahun lalu. Upaya untuk meredam penyebarannya terkendala serangan-serangan yang dilancarkan oleh berbagai kelompok bersenjata dan oleh kecurigaan warga terhadap bantuan medis asing.
Jaksa militer senior Letkol Jean-Baptiste mengatakan kepada AFP bahwa milisi terlibat serangan terhadap pusat-pusat perawatan, termasuk rumah sakit Butembo. Berkaitan dengan hal tersebut empat dokter telah ditetapkan sebagai tersangka dengan tuduhan merencanakan serangan.
Dia mengatakan tiga orang dokter Kongo akan diadili dengan dakwaan “terorisme” dan “konspirasi melakukan tindak kriminal,” menurut laporan AFP. Dokter keempat masih buron.
Wabah Ebola di DRC saat ini dimulai sejak Agustus tahun lalu dan merupakan yang terbesar dari 10 negara yang terjangkit virus itu sejak 1976, ketika pertama kali virus tersebut ditemukan.
Mouzoko merupakan salah satu dokter yang ditugaskan oleh WHO untuk membantu mengatasi penyebaran virus tersebut di DRC.
Mantan-mantan koleganya di Madagaskar, Kamerun dan DRC menggambarkannya sebagai seorang profesional berdedikasi tinggi, yang sepanjang karirnya telah melatih ratusan dokter muda dan tenaga kesehatan.
Dalam sebulan, dia biasa bekerja 15-20 hari ditempat terpencil di negeri asalnya, Kamerun, jauh dari istri dan keempat anaknya, kata WHO.
Pemakamannya bulan April dihadiri oleh pejabat-pejabat tinggi WHO dan direkturnya di Afrika.
Sekitar 200 fasilitas kesehatan diserang di DRC tahun ini, memaksa para petugas kesehatan menunda atau menghentikan sementara program vaksinasi dan perawatan pasien.
Dalam sebuah surat yang ditujukan kepada Wali Kota Butembo, sekelompok dokter lokal menyatakan “menentang” penangkapan tiga rekan mereka, dengan dalih ketidakhadiran ketiga orang itu akan menghambat pelayanan kesehatan.
Sekelompok dokter itu mengancam akan melakukan mogok dalam waktu 48 jam apabila ketiganya tidak dibebaskan.
Namun, jaksa militer menampik tuntutan mereka, lapor AFP.*