Hidayatullah.com-Pengunjuk rasa membakar konsulat Iran di Provinsi Najaf, Iraq, pada Ahad di tengah rangkaian protes yang sedang berlangsung di negara itu. Demikian menurut sumber yang tidak bersedia disebutkan namanya, dikutip Anadolu Agency.
Tim pertahanan sipil langsung bertindak untuk memadamkan api.
Saksi mata mengatakan tidak ada staf yang bekerja di gedung itu saat kebakaran terjadi.
ISIS Serang milisi Syiah
Sementara itu, dua anggota al-Hashd al-Shaabi dinyatakan tewas dan lima lainnya cedera di hari yang sama dalam serangan di kota Diyala di Iraq timur yang diorganisir oleh organisasi teroris Daesh / ISIS.
Kelompok milisi Syiah bersenjata, yang juga dikenal sebagai Pasukan Mobilisasi Populer, didirikan pada akhir 2014 untuk melawan kelompok Daesh.
Kelompok itu secara resmi dimasukkan ke dalam tentara Iraq tahun lalu di era PM Abdel Abdul Mahdi yang disetir Iran, meskipun dituduh melakukan pelanggaran hak di beberapa bagian negara di bawah kendalinya.
Letnan Habib al-Shamri dari kepolisian Iraq mengatakan kepada Anadolu Agency bahwa markas besar pasukan menjadi sasaran.
Pada Juni 2014, organisasi Daesh merebut sepertiga wilayah Iraq termasuk Mosul.
Pada Desember 2017, pasukan Iraq sebagian besar telah merebut kembali wilayah yang dipegang Daesh.
Iraq telah diguncang gelombang protes sejak awal Oktober untuk menentang praktik korupsi, tingginya angka pengangguran, minimnya pelayanan dasar dan dominannya Syiah-Iran mengatur pemerintahan itu.
Tuntutan pengunjuk rasa kemudian meningkat menjadi seruan untuk pembubaran pemerintahan Perdana Menteri Adel Abdul-Mahdi, yang ditolak rezim Iran dan para milisi-milisi pendukungnya di Iraq.
Abdul-Mahdi telah mengajukan surat pengunduran dirinya ke parlemen dan disetujui pada Ahad.
Menurut Komisi Tinggi Hak Asasi Manusia Iraq, setidaknya 400 warga Iraq tewas dan sekitar 15.000 lainnya terluka sejak protes dimulai pada 1 Oktober.
Sebelumnya pada 28 November, demonstran Iraq juga membakar gedung konsulat tersebut.*