Hidayatullah.com–Teritori Inggris Gibraltar masih bisa tetap berada di dalam zona bebas migrasi Area Schengen setelah Inggris benar-benar keluar dari Uni Eropa, klaim pejabat tinggi setempat.
Fabian Picardo, kepala menteri negeri kecil itu, mengatakan bahwa teritori tersebut harus tetap mudah diakses oleh negara Uni Eropa lainnya.
Gibraltar, wilayah kekuasaan Inggris seluas 6,2 kilometer di penghujung selatan Spanyol, bersiap untuk keluar dari UE pada 31 Januari seperti halnya wilayah Inggris lain
Namun, sementara London mengatakan bahwa Brexit berarti akhir dari kebebasan bermigrasi, Picardo ingin Gibraltar tetap berada di dalam Area Schengen.
“Apabila Anda melihat negara-negara mikro lain di Eropa, mereka mengambil manfaat dari area perjalan bersama Schengen, bahkan meskipun mereka tidak sepenuhnya merupakan bagian dari sistem informasi Schengen. Namun demikian, mereka memiliki kemampuan untuk berpindah secara lincah antarwilayah Uni Eropa dan negeri-negeri mikro ini,” kata Picardo seperti dilansir Euronews Sabtu (18/1/2020).
“Apakah masuk akal bagi Uni Eropa bila wilayah seluas 2,5 mil persegi di ujung selatan Iberia ini tidak dapat diakses oleh warga negara-negara Eropa? Saya kira tidak,” imbuhnya.
Penduduk Gibraltar yang berjumlah lebih dari 30.000, serta orang-orang Spanyol yang bekerja di sana, ingin agar penyeberangan lintasbatas tetap berjalan mulus pasca-Brexit..
Sekitar 14.000 pekerja, kebanyakan warga Spanyol, menyeberangi perbatasan setiap hari untuk bekerja di sana. Termasuk di antaranya sekitar 2.500 warga Inggris.
Picardo senantiasa memperingatkan Spanyol harus menghormati kedaulatan Gibraltar dan tidak memanfaatkan Brexit sebagai peluang untuk mencengkramkan pengaruhnya di daerah itu.
Gibraltar menjadi wilayah kekuasaan Inggris sejak 1713 berdasarkan Traktat Utrecht. Namun, Madrid selalu saja mengklaim kedaulatan atas teritori itu.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
“Sekarang Spanyol sudah menjadi lebih dewasa dalam demokrasi Uni Eropa. Dia hendaknya meninggalkan konsep bahwa dia akan dapat merenggut kedaulatan Gibraltar dari kepala rakyat Gibraltar, tanpa mereka dilibatkan dalam proses itu,” kata Picardo.
Rakyat di Gibraltar mayoritas mutlak menginginkan tetap berada di dalam lingkup Uni Eropa, 95% partisipan referendum menyatakan menentang Brexit.
Pembicaraan tentang nasib negeri mungil itu di Uni Eropa dijadwalkan digelar bulan ini.
Apabila tidak ada aral melintang, Kerajaan Inggris Raya akan resmi keluar dari Uni Eropa pada 31 Januari tahun ini.*