Hidayatullah.com–Presiden Recep Tayyip Erdoğan hari Ahad meminta negara-negara Islam untuk bersatu dan saling menunjukkan solidaritas satu sama lain.
Dalam sebuah wawancara dengan saluran televisi Arab Saudi, Rotana, Erdogan mengatakan tindakan keji sedang direncanakan untuk menyerang dunia Islam.
“Turki dan Arab Saudi sedang menjadi target. Kita melihat bahwa semua jebakan dan rencana mengarah ke dunia Islam,” dikutip dailysabah belum lama ini.
Sekitar 600.000 orang telah tewas di Suriah karena terjadinya perang, kata dia, dan dunia Islam harus bekerja sama lebih erat sebelum semuanya terlambat.
Turki dan AS melancarkan sebuah operasi di Suriah utara pada akhir Agustus lalu untuk membersihkan wilayah itu dari unsur ISIS. Ankara tidak mempunyai rencana untuk mengekspansi Suriah, Erdogan mengatakan sambil menunjukkan bahwa negaranya saat ini menampung hampir 3 juta pengungsi dengan bantuan sebesar 12 miliar dollar AS karena hal itu merupakan “kewajiban Islam dan emosional”.
Dia menambahkan bahwa negara Barat menghindari tanggung jawab atas pengungsi dan negara-negara itu menutup perbatasan mereka.
Erdogan juga mengatakan bahwa dia akan menemui Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden AS Barack Obama mengenai masalah genjatan senjata di Suriah.
Dia mengulang kembali bahwa Assad, yang bertanggung jawab atas terbunuhnya 600.000 warga sipil di Suriah, tidak dapat menjadi bagian dari masa depan Suriah dan harus angkat kaki.
Sementara merespon tuduhan yang mengklaim bahwa perlakuan yang diterima anggota Gülenist (FETÖ) di Turki sama seperti perlakuan yang diterima anggota Ikhwanul Muslimin di Mesir, Erdogan mengatakan bahwa situasinya sangatlah berbeda.
“Di Mesir, Kementrian Pertahanan menggulingkan Presiden dan melakukan Pemilu palsu untuk mengambil alih kursi. Bukan seperti itu yang terjadi di Turki” kata Erdogan dan menambahkan bahwa ratusan ribu rakyatnya turun ke jalan ketika dia memanggil mereka.
Dia menyoroti bahwa pemerintahan yang saat ini berkuasa di Mesir ialah sebuah pemerintahan kudeta dan itu bukanlah negara yang demokratis dan merupakan kebutuhan untuk menyelesaikan masalah itu secepat mungkin.
“Proses normalisasi hubungan antara Turki dan Mesir dapat dimulai jika para pemimpin dari pemerintahan yang terpilih secara demokratis, -termasuk Presiden Morsi- dilepaskan” kata Erdogan.
Dia juga mencatat bahwa dua negara memiliki hubungan sejarah yang kuat dan pemulihan hubungan perdagangan dapat bermanfaat, tetapi mengatakan dia tidak akan menerima pembicaraan apapun pada tingkat kepresidenan, yang dia anggap tidak etis saat ini.
Mengenai kondisi di Iraq, dia mengatakan Mosul merupakan milik penduduknya.
“Setelah Mosul akan diselamatkan dari ISIS, hanya Arab Sunni, Turki dan Kurdi Sunni yang menetap di sana,” kata dia.*/Nashirul Haq AR