Hidayatullah.com–Semakin banyak pelajar yang berpikir reunifikasi dua Korea tidak perlu dan Semenanjung Korea tidak damai. Demikian menurut hasil survei yang dirilis hari Selasa (11/2/2020), lapor The Korea Herald.
Menurut survei yang dilakukan Kementerian Pendidikan dan Kementerian Unifikasi, sebanyak 55% responden mengatakan penyatuan dua Korea perlu, turun 7,5% dari tahun sebelumnya. Sebanyak 19,4% persen mengatakan reunifikasi tidak perlu.
Mayoritas pelajar yang mengatakan reunifikasi perlu (29,1%) memberikan alasan karena orang Korea merupakan satu bangsa. Angka itu naik dari 21,6 persen pada survei tahun 2018. Sebanyak 21 persen mengatakan reunifikasi diperlukan guna menghilangkan kekhawatiran akan ancaman perang dari Utara.
Survei itu dilakukan antara 21 Oktober dan 29 November 2019 dan melibatkan 66.042 pelajar dari 598 sekolah dasar, sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas, serta 3.817 guru.
Banyak pelajar memandang Utara negatif, mengasosiasikannya dengan perang dan militerisme (31,8%), serta kediktatoran (27%).
Apabila di tahun 2018 sebanyak 50,9% pelajar menilai Korea Selatan harus bekerja sama dengan Utara, maka pada survei tahun 2019 yang berpendapat demikian berkurang menjadi 43,8%. Sekitar 36% berpendapat Utara harus diwaspadai atau naik dari 28,2% pada tahun 2018, dan sebanyak 8,1% berpendapat Utara harus dianggap sebagai musuh.
Sebanyak 34% pelajar menilai Semenanjung Korea bukan tempat yang damai, melonjak dari 15,5% pada survei tahun 2018.
Kalaupun terjadi penyatuan dua Korea, maka hal itu akan terwujud pada 10-22 tahun mendatang kata 29,3% responden. Sebanyak 22,2 persen memperkirakan bisa terwujud dalam waktu 5-10 tahun, tetapi 18,1% pelajar berpendapat mustahil terjadi pada kurun itu.
Pemerintahan liberal pimpinan Moon Jae-in memfokuskan upaya-upaya perbaikan hubungan dengan Korea Utara.
Korea Selatan dan Korea Utara secara teknis masih dalam situasi berperang sejak Perang Korea 1950-1953 berakhir dengan gencatan senjata dan bukan kesepakatan damai.*