Hidayatullah.com–Populasi Mesir telah mencapai angka 100 juta, kata badan statistik negara itu hari Selasa (11/2/2020), menyoroti ancaman kelebihan populasi di negara yang terbelit masalah kemiskinan di mana kebanyakan warga tinggal di kota-kota besar yang sudah penuh sesak.
Negara di Afrika Utara itu tetap merupakan negara paling banyak penduduknya di kalangan negara Arab, dan yang ketiga di kawasan Afrika di belakang Ethiopia dan Nigeria.
Sebuah panel penghitung yang dipasang di Badan Mobilisasi Publik dan Statistik menunjukkan angka 9 digit untuk pertama kalinya, kata lembaga itu, lapor AFP.
Satu bayi dilahirkan di Mesir kira-kira setiap 17,9 detik, hitung lembaga statistik itu.
Pekan lalu, PM Mostafa Madbouly dalam rapat kabinet mengatakan bahwa pertambahan penduduk merupakan masalah besar yang dihadapi negara dan berdampak pada keamanan nasional.
Kebanyakan penduduk Mesir tinggal di daerah subur sepanjang Sungai Nil, yang mencakup sekitar 8% luas wilayah negara itu.
Sungai Nil, yang dipakai bersama dengan Sudan dan Ethiopia, memasok sekitar 97% kebutuhan air penduduk Mesir.
Angka kelahiran di negara itu melonjak kurun 3 dekade terakhir dengan sekitar 1,5 juta bayi dilahirkan setiap tahun. Meskipun demikian, kelahiran bayi sepertinya mulai melambat setelah pemerintah menggalakkan program keluarga berencana (KB).
Jumlah penduduk Mesir sekitar 57 juta 30 tahun silam.
Sensus terakhir di tahun 2017 menunjukkan hampir 95 juta penduduk tinggal di negara itu. Kala itu Presiden Abdel-Fattah al-Sisi mengatakan bahwa terorisme dan kelebihan penduduk merupakan dua ancaman utama bagi Mesir.
Seperti kebanyakan negara Arab, populasi Mesir tergolong muda dengan lebih dari 60 persen berusia di bawah 30 tahun.
Sekitar 10 juta warga Mesir tinggal di luar negeri, kebanyakan di kawasan Teluk, guna mencari peluang ekonomi yang lebih baik. Uang yang mereka kirimkan ke kampung halaman, merupakan sumber pendapatan penting bagi Mesir.
Hampir satu dari setiap tiga orang hidup di bawah garis kemiskinan, menurut data statistik yang dirilis tahun 2019.
Tingkat pengangguran sekitar 10 persen, dengan jutaan orang hidup tanpa perlindungan sosial dan mencari nafkah dari pekerjaan sektor informal.*