Hidayatullah.com— Paus Fransiskus, dalam salah satu keputusan paling signifikan sepanjang jabatannya, hari Rabu (12/2/2020) menolak sebuah proposal untuk memperbolehkan pria menikah ditahbiskan sebagai pendeta guna mengatasi kelangkaan pendeta di kawasan pedalaman Amazon, Amerika Selatan.
Rekomendasi itu, yang diajukan oleh para uskup Amerika Latin tahun lalu, membuat khawatir kalangan konservatif Gereja Katolik Roma yang beranggotakan 1,3 miliar jemaat, yang takut hal itu akan menimbulkan perubahan pada komitmen selibasi di kalangan pendeta yang sudah berlaku selama beberapa abad.
Paus Fransiskus menyampaikan tanggapannya itu dalam sebuah Apostolistic Exhortation, tiga bulan setelah proposal tersebut diloloskan dengan 128 suara lawan 41 suara di sinode para uskup Gereja Katolik, lapor Reuters. Apostolistic Exhortation digunakan untuk menyampaikan perintah dan dorongan kepada para pengikut Katolik tetapi bukan merupakan doktrin gereja.
Dokumen setebal itu 32 halaman itu bahkan tidak menyebut proposal tersebut, yang diperuntukkan bagi diakon tua menikah yang merupakan tokoh pemimpin komunitas Katolik di daerah terpencil Amazon dan memiliki keluarga mapan untuk ditahbiskan sebagai pendeta.
Kaum konservatif khawatir jika perubahan itu diwujudkan maka akan banyak pendeta yang menikah di lingkungan Gereja Katolik. Mereka menilai proposal itu sebagai perbuatan bidah.
Di dalam Apostolistic Exhortation paus berusia 82 tahun asal Argentina itu menulis bahwa cara-cara baru harus ditemukan untuk mendorong lebih banyak pendeta bersedia bekerja di daerah-daerah terpencil dan memungkinkan perluasan peran bagi orang-orang awam dan diakon permanen, yang dibutuhkan oleh warga Amazon.
Diakon, seperti halnya pendeta, adalah rohaniwan gereja yang ditahbis. Mereka dapat menyampaikan kotbah, mengajar, membaptis dan mengelola paroki, tetapi mereka tidak boleh menyelenggarakan misa. Pria menikah boleh menjadi diakon, tetapi tidak boleh menjadi pendeta.
Oleh karena hanya pendeta yang dapat memimpin misa, warga di sedikitnya 85% desa di kawasan Amazon tidak dapat mengikuti liturgi mingguan, dan bahkan ada yang tidak mengikutinya selama bertahun-tahun.
“Kebutuhan mendesak itu membuat saya mendesak semua uskup, terutama yang berada di Amerika Latin, agar lebih giat mendorong mereka yang menunjukkan semangat misionari untuk memilih [ditugaskan] di kawasan Amazon,” tulis Paus Fransiskus seperti dikutip Reuters.
Paus menggunakan 3 bab pertama dari dokumen tersebut untuk membela hak-hak dan legasi orang-orang asli dan lingkungan di Amazon yang harus dilindungi dikarenakan peran vitalnya dalam mitigasi pemanasan global.
Kalangan konservatif khawatir apabila Paus Fransiskus menyetujui proposal tersebut daerah-daerah lain yang kekurangan pendeta akan mengikutinya, bahkan di negara-negara maju seperti Jerman, di mana isu tersebut sedang dibahas.*