Hidayatullah.com-Arab Saudi sedang mencari jalan keluar dari perang yang menghancurkannya di Yaman. Perang Yaman terjadi hampir lima tahun setelah memimpin koalisi Negara Arab melawan pemberontak Syiah Houthi yang didukung rivalnya, Iran lapor Middle East Monitor.
Kerajaan di Teluk itu diyakini telah merasa lebih terisolasi setelah sekutu regional utamanya, Uni Emirat Arab (UEA), mengurangi kehadiran militernya di Yaman pada tahun 2019. UEA menarik diridalam upaya untuk mengurangi kerugian di sana.
Pejabat Barat yang dekat dengan kebijakan kerajaan tentang Yaman mengatakan “seperti UEA, orang Saudi ingin mengatakan perang ini berakhir untuk kami, tetapi situasi di lapangan sangatlah sulit.”
Baru-baru ini, pemberontak Syiah Houthi telah merebut daerah-daerah besar di provinsi strategis Al-Al-Jawf dan Marib di utara negara itu yang dekat dengan perbatasan Arab Saudi. Hal ini memungkinkan mereka melancarkan serangan udara di wilayah Saudi.
Namun, beberapa pakar meyakini bahwa Riyadh masih mampu mengakhiri perang yang menghancurkan di Yaman. Seorang peneliti di Program Bernstein tentang Kebijakan Teluk dan Energi di The Washington Institute, Elana DeLozier, mengatakan: “Saudi berada di posisi terbaik untuk melakukan ini [mengakhiri perang] karena mereka memiliki hubungan dengan semua pemain utama di Yaman.”
Namun, dia memperingatkan bahwa “kemampuan Arab Saudi untuk bermanuver dan mengakhiri perang dengan persyaratan yang dapat diterima mungkin berkurang.”
Thomas Juneau, profesor di Ottawa University, Kanada, mengatakan dalam sebuah analisis yang diterbitkan oleh Sanaa Centre for Strategic Studies bahwa “Riyadh meyakini bahwa penarikan mendadaknya akan melemahkan koalisi atau menyebabkan disintegrasi, yang akan menguntungkan Houthi dan pendukung eksternalnya, Iran.”
Dia menjelaskan bahwa pada saat yang sama, “Riyadh ingin mengurangi biaya intervensinya di Yaman setelah menyadari bahwa mereka tidak mampu membayar biaya perang dan militer dalam jangka panjang.”
Sejauh ini, belum ada tanda-tanda bahwa perang di Yaman mungkin berakhir yang telah dikonfirmasi oleh para pejabat Saudi adalah kunci untuk melawan “ancaman ekspansi Iran.”
Baca: Pemberontak Syiah al Houthi Serang Orang Shalat Malam, 100 Orang Meninggal
Masih tidak ada kasus infeksi virus corona
Sementara itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di Yaman mengatakan kemarin bahwa negara itu tidak memiliki kasus yang dikonfirmasi dari virus corona baru yang dikenal sebagai COVID-19. Kantor WHO di Yaman menulis di Twitter bahwa berkoordinasi dengan Kementerian Kesehatan, pihaknya telah mendukung pendirian fasilitas karantina di Kota Aden untuk memastikan “kesiapsiagaan dan tanggapan jika ada kasus yang dikonfirmasi.”
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Pihak berwenang Yaman telah mengambil sejumlah langkah pencegahan untuk menghadapi wabah virus corona. Termasuk menangguhkan sekolah-sekolah, menutup transportasi udara dan udara, dan mengeluarkan arahan untuk menghentikan shalat di masjid.
Beberapa organisasi kesehatan internasional, termasuk Doctors without Borders dan WHO, sebelumnya telah memperingatkan bahwa kurangnya akses ke air bersih dan sabun di Yaman menghambat upaya untuk menghadapi virus corona dan mengancam kehidupan jutaan orang.*